penggunaanalat pelindung diri (APD) pada pekerja pengangkut sampah TPA Mojorejo bulan Agustus tahun 2017. No Alat Pelindung Diri (APD) f % 1 Baik 66 73 2 Tidak Baik 24 27 Total 90 100 Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 90 responden, mayoritas pekerja pengangkut sampah menggunakan alat pelindung diri baik yaituJakarta Tidak sembarang alat pelindung diri APD yang dibutuhkan tenaga medis maupun petugas lain yang terkait menangani pasien Corona COVID-19. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 telah mengeluarkan rekomendasi standar APD berdasarkan tiga tingkatan perlindungan. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo menyampaikan, dilihat dari lokasi dan cakupan, rekomendasi standar alat pelindung diri tingkat perlindungan ketiga diperuntukkan untuk ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien dengan kecurigaan atau sudah terkonfirmasi COVID-19. Pemakaman Jenazah COVID-19 Ditolak Warga, Cek Prosedur yang Harus Dipahami "Bagi dokter dan perawat, mereka harus menggunakan masker N95 atau ekuivalen, gaun khusus, sepatu boot, pelindung mata face shield, sarung tangan bedah karet steril dan sekali pakai, penutup kepala serta apron," terang Agus melalui keterangan resmi yang diterima Health Jumat 3/4/2020. "APD yang sama tetap melekat pada dokter dan perawat pada kondisi yang memungkinkan terjadinya aerosol pada pasien kecurigaan atau sudah terkonfirmasi COVID-19. Kondisi lain, saat mereka berada di ruang prosedur dan tindakan otopsi serta pengambilan sampel pernapasan." Tenaga medis yang menggunakan alat pelindung diri pada tingkatan perlindungan ketiga, yaitu dokter, perawat, dan petugas laboran laboratorium. **Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan Perlindungan KeduaTim medis rumah sakit setempat mengantarkan jenazah ke Desa Sogo menggunakan Alat Pelindung Diri APD lengkap, seolah-olah sakitnya karena corona Covid-19. IstAlat pelindung diri pada tingkatan perlindungan kedua digunakan oleh dokter, perawat, petugas laboran, radiografer, farmasi, dan petugas kebersihan ruang pasien COVID-19. APD pada tingkatan ini digunakan saat tenaga medis, dokter dan perawat, di ruang poliklinik, pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi pernapasan. "Kelengkapan APD berupa masker bedah 3 lapis, gaun khusus, sarung tangan karet sekali pakai, dan pelindung mata. Namun, APD untuk analis, radiografer, farmasi dan petugas kebersihan memiliki perbedaan jenis APD yang dipakai," Agus Perlindungan PertamaPetugas medis RS Undata Palu menggunakan alat pelindung diri. Heri Susanto.Alat pelindung diri tingkatan perlindungan pertama merupakan APD yang digunakan pada lokasi atau kondisi yang relatif kurang berisiko. Jenis APD yang masuk kategori ini yaitu berbagai macam masker, sarung tangan kerja maupun berbahan karet sekali pakai serta gaun khusus. "Salah satu petugas yang diwajibkan memakai APD ini yaitu sopir ambulans. Mereka diwajibkan menggunakan masker bedah 3 lapis, sarung tangan karet sekali pakai dan gaun khusus saat menaikkan dan menurunkan pasien suspek COVID-19," tambah APPekerja memakai pakaian untuk Alat Pelindung Diri APD tenaga medis di kawasan Penggilingan, Jakarta, Kamis 26/3/2020. Harga yang dijual untuk APD bekisar antara Rp untuk jenis pakaian sekali pakai dan Rp untuk pakaian yang bisa dicuci. FananiAdanya rekomendasi standar alat pelindung diri, petugas medis dan tenaga kesehatan lain terjamin keamanan dan keselamatan. "Dokumen rekomendasi standar memberikan informasi kepada para pendonor yang ingin memberikan APD kepada para tenaga medis di seluruh Indonesia," ujar Agus. Gugus Tugas merekomendasikan produk AP yang telah terverifikasi oleh Kementerian Kesehatan. Informasi mengenai produk tersebut dapat dilihat melalui situs Aplikasi Info Alat Kesehatan dan PKRT Kementerian Kesehatan Video Menarik Berikut Ini* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
KepalaDLH Kota Semarang Drs. Sapto Adi Sugihartono, MM menyerahkan alat pelindung diri (APD) kepada perwakilan tenaga kebersihan. TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang mengimbau masyarakat untuk memilah sampah infeksius dari tingkatan rumah tangga sebagai antisipasi penyebaran covid-19.
ABSTRAK Upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan. Salah satu jenis pekerjaan yang berisiko terjadinya kecelakaan dan masalah kesehatan kerja adalah petugas kebersihan. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD pada petugas kebersihan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei analitik melalui pendekatan cross sectional dan uji statistik Spearman Rank. Sampel diambil sebagai representatif dari populasi sebanyak 108 petugas kebersihan menggunakan rumus slovin yang dipilih sesuai dengan metode accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD dimana p value 0,042 dan ketersediaan APD responden p value = 0,00, sedangkan pengetahuan p value = 0,909 usia p value = 0,108, masa kerja p value = 0,672, dan ketersediaan APD departemen p value = 0,784 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan. Direkomendasikan untuk institusi terkait lebih memperhatikan ketersediaan APD yang dapat digunakan oleh petugas kebersihan sesuai dengan departemen kerja. Kata Kunci alat pelindung diri , determinan, perilaku penggunaan. ABSTRACT Occupational health efforts are very important to protect workers so that they live healthy and free from health problems. One type of work that is at risk of accidents and occupational health problems is cleaning workers. The purpose of this study in general is to determine the factors related to the behavior of using personal protective equipment PPE on cleaners. The type of research used in this research is quantitative with analytic survey design through a cross sectional approach and the Spearman Rank statistical test. Samples were taken as a representative of the population of 108 cleaning workers using the Slovin formula which was selected according to the accidental sampling method. The results showed that the education variable had a significant relationship with the behavior of using PPE where p value was and the availability of PPE respondents p value = while knowledge p value = age p value = years of service p value = and the availability of departmental PPE p value = did not have a significant relationship with the behavior of using PPE among cleaning workers. It is recommended that related institutions pay more attention to the availability of PPE that can be used by cleaners in accordance with the work department. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 43 DETERMINAN PERILAKU PENGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETUGAS KEBERSIHAN I Gede Purnawinadi, Nadine Meflin Jacob Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Klabat, Indonesia E-mail purnawinadi87 ABSTRAK Upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan. Salah satu jenis pekerjaan yang berisiko terjadinya kecelakaan dan masalah kesehatan kerja adalah petugas kebersihan. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD pada petugas kebersihan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei analitik melalui pendekatan cross sectional dan uji statistik Spearman Rank. Sampel diambil sebagai representatif dari populasi sebanyak 108 petugas kebersihan menggunakan rumus slovin yang dipilih sesuai dengan metode accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD dimana p value 0,042 dan ketersediaan APD responden p value = 0,00, sedangkan pengetahuan p value = 0,909 usia p value = 0,108, masa kerja p value = 0,672, dan ketersediaan APD departemen p value = 0,784 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan. Direkomendasikan untuk institusi terkait lebih memperhatikan ketersediaan APD yang dapat digunakan oleh petugas kebersihan sesuai dengan departemen kerja. Kata Kunci alat pelindung diri , determinan, perilaku penggunaan. ABSTRACT Occupational health efforts are very important to protect workers so that they live healthy and free from health problems. One type of work that is at risk of accidents and occupational health problems is cleaning workers. The purpose of this study in general is to determine the factors related to the behavior of using personal protective equipment PPE on cleaners. The type of research used in this research is quantitative with analytic survey design through a cross sectional approach and the Spearman Rank statistical test. Samples were taken as a representative of the population of 108 cleaning workers using the Slovin formula which was selected according to the accidental sampling method. The results showed that the education variable had a significant relationship with the behavior of using PPE where p value was and the availability of PPE respondents p value = while knowledge p value = age p value = years of service p value = and the availability of departmental PPE p value = did not have a significant relationship with the behavior of using PPE among cleaning workers. It is recommended that related institutions pay more attention to the availability of PPE that can be used by cleaners in accordance with the work department. Keywords personal protective equipment, determinants, usage behavior. 44 PENDAHULUAN Bekerja adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kehidupan individu, saat bekerja diharapkan lingkungan yang aman dan sehat sehingga pekerjaan dapat selesai dengan efektif dan efisien Septiningsih, 2017. Secara global, International Labour Organization 2013 menyebutkan bahwa dalam setiap tahun terdapat lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit akibat bahaya di tempat kerja. Selain itu, terdapat 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Sementara di Indonesia jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada tahun 2011-2014 yang paling tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak orang Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, memandang upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan, serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Selanjutnya Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003 disebutkan pula bahwa pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas azas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia telah diterapkan dengan dikeluarkannya Undang-undang Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kurniawidjaja, 2012. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat perkembangan industri yang cukup tinggi. Data dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa pada tahun 2015 jumlah kecelakaan kerja di Sulawesi Utara, terdapat 223 kasus kecelakaan, kemudian pada tahun 2016 jumlah kecelakaan kerja menurun menjadi 195 kasus dan pada tahun 2017 Januari-Juni baru didapati 7 kasus kecelakaan kerja Dumbela, Pinontoan, & Rumayar, 2017. Salah satu jenis pekerjaan yang rentan menimbulkan kecelakaan dan masalah kesehatan kerja adalah petugas kebersihan. Kecelakaan kerja yang sering terjadi pada petugas kebersihan diakibatkan karena pekerjaan mereka yang selalu terpapar oleh peralatan yang digunakan dan lingkungan kerja. Selain itu petugas kebersihan berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan karena terpapar langsung dengan pembuangan sampah Marlini, 2016. Petugas kebersihan merupakan golongan yang rentan terkena penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja adalah dengan APD. Untuk itu APD sangatlah dibutuhkan sebagai kelengkapan yang wajib dikenakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja, saat beraktifitas di lokasi tempat pembuangan akhir sampah Mulasari & Maani, 2013. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja antara lain usia, masa kerja, ketersediaan APD sehingga kinerja pada pekerja bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan pekerjaan. Dengan menggunakan APD, usia yang lebih tua serta sudah lama bekerja maka akan mengurangi kemungkinan kecelakaan kerja dan penyakit. Oleh karena itu penggunaan APD perlu diperhatikan oleh pekerja, perusahaan atau pemilik usaha dan pemerintah setempat Faniah, 2016. Menurut Novianto 2015 pekerja di PT Sinar Semesta memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Pendidikan juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku pekerja dalam menggunakan APD, pekerja yang tamat SMA akan lebih patuh untuk menggunakan APD dari pada yang tidak tamat SMA Putri & Denny, 2014. 45 Hasil wawancara Peneliti kepada beberapa petugas kebersihan di Universitas Klabat mengatakan APD tidak terlalu penting yang artinya mereka tidak memiliki pengetahuan yang lebih mengenai pentingnya penggunaan APD dan juga dikarenakan tidak ada sediaan APD yang memadai dan merata disetiap departemen kebersihan. Beberapa informasi dari petugas mengatakan pernah mengalami kecelakaan kerja seperti tergelincir dilantai dan penyakit akibat kerja diantaranya kulit tangan dan kaki yang terkelupas akibat terkena cairan kimia pada saat bekerja. Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian determinan perilaku penggunaan APD pada Petugas Kebersihan di Universitas Klabat. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei analitik dengan pendekatan cross-sectional. Metode kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diukur Kuntjojo, 2009. Penelitian dengan pendekatan cross-sectional adalah jenis penelitian yang hanya mengambil pengukuran dalam suatu waktu saja Nursalam, 2008. Populasi dari penelitian ini adalah pelajar yang sedang bekerja paruh waktu atau full-time, orang tua yang sedang bekerja untuk membiayai anaknya berkuliah, serta orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sampel penelitian berjumlah 108 petugas kebersihan yang dihitung melalui rumus slovin dari populasi. Tehnik sampling yang digunakan yaitu accidental sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data Sugiono, 2008. Lokasi penelitian yang dilakukan adalah Kampus Universitas Klabat, Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara mulai bulan Januari sampai Juni 2018. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin dari departemen kebersihan kampus. Setelah mendapatkan izin, peneliti menjelaskan terlebih dahulu prosedur yang akan dilakukan kepada responden, setelah itu peneliti mangajukan informed consent untuk ditandatangani. Penelitian ini menerapkan prinsip etika autonomy, dimana responden mempunyai hak untuk ikut serta ataupun tidak bersedia menjadi responden dengan bersikap adil justice tanpa memihak pada sebagian responden saja. Penelitian ini tentunya bertujuan baik dalam upaya menelaah faktor-faktor yang berperan dalam perilaku penggunaan APD, sehingga prinsip beneficience nyata dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaan penelitian ini sedapat mungkin dihindari hal-hal yang berbahaya dan merugikan, sehingga prinsip non-maleficience dapat diterapkan, begitu pula confidentiality sangat dijunjung sebagai suatu kerahasiaan dan melindungi data informasi responden hanya untuk kepentingan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan, peneliti hendak mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan di Universitas Klabat, maka variabel independen terdiri dari pengetahuan, pendidikan, usia, masa kerja, dan ketersediaan alat. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur semua variabel. Kuesioner pengetahuan berjumlah 9 pernyataan yaitu pengetahuan 9 pernyataan, yang diadopsi dari Septiningsih 2017 yang telah diuji validitas dan realibilitas dengan nilai chronbach alpha = 0,724 yang artinya reliabel, dan nilai validitas paling rendah dan paling tinggi menggunakan taraf signifikansi sebesar p 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan di Universitas Klabat. Terdapat hubungan yang signifikan p= 0,042 0,05. Hasil analisis hubungan anatara masa kerja dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan dan didapati nilai p= 0,672 > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan masa kerja dengan perilaku penggunaan APD. Ada hubungan yang signifikan nilai p= 0,00 0,05 dimana artinya tidak terdapat antara umur dengan penggunaan APD. Hal ini dikarenakan pekerja petugas kebersihan yang lebih muda tidak menutup kemungkinan untuk memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait APD dan penggunaan APD berbeda sehingga yang berusia lebih muda ataupun yang lebih tua memiliki kesempatan yang sama. Hasil penelitian ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin & Susanto 2012, dengan hasil penelitian p-value sebesar 0,1>0,05, artinya tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD. Analisis tidak ada hubungan karena mayoritas responden dengan masa kerja <5 tahun berperilaku menggunakan APD, walaupun tidak lengkap. Begitupula bahwa pekerja yang sudah bekerja atau 5 tahun tidak ada dalam kondisi menggunakan APD. Bahkan ada beberapa responden yang sudah lama bekerjapun tidak patuh dalam menggunakan APD, walaupun pengalaman kerja sudah lama tetapi tidak ada masalah kesehatan ataupun kecelakaan kerja. Berdasarkan pengamatan dan wawancara peneliti kepada beberapa responden didapati departemen tidak menyediakan APD, namun beberapa responden menyediakan sendiri APD seperti sarung tangan, topi, masker yang digunakan saat bekerja. KESIMPULAN DAN SARAN Pendidikan dan ketersediaan APD responden memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD, sedangkan pengetahuan, usia, dan masa kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan di Universitas Klabat. Direkomendasikan bagi petugas kebersihan baik mahasiswa labor maupun orang tua yang bekerja agar selalu menjaga keselamatan ketika bekerja dengan menggunakan APD yang sesuai dengan resiko pekerjaan. Bagi setiap departemen kebersihan yang ada di Universitas Klabat disarankan untuk selain menyediakan APD yang layak dan sesuai, perlu memberikan edukasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi seluruh petugas kebersihan kampus. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor yang belum diteliti seperti kenyamanan penggunaan APD. 49 DAFTAR PUSTAKA Alhayati, D., Restuatuti, T., & Fatmatwati. 2014. Hubungan pengetahuan dan sikap petugas Laboratorium patologi Klinik dalam menggunakan alat pelindung diri di RSUD Achmad Provinsi RIAU. JOM FK VOL 1, NO 2. Arifin, B., & Susanto, A. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri coal yard . Jurnal Kesehatan Masyarakat, No. 1. Dumbela, F. M., Pinontoan, O. R., & Rumayar, A. A. 2017. Peran sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Wilayah SULUT AP2B Sistem Minahasa. E-journal Unsrat, Vol. 6, No 3 Faniah, A. M. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD earplug dan sarung tangan pada pekerja unit perbaikan di PT. KAI DAOP VI Yogyakarta DIPO SOLO Balapan Skripsi. Yogyakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta ILO. 2013, 6 13. Kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Diakses dari Kemenkes 2015. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses dari Kuntjojo, D. 2009. Metodologi Penelitian. Kediri Universitas Nusantara PGRI Kurniawidjaja, L. M. 2012. Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta Universitas Indonesia UI-Pres. Marlini, Y. 2016. Sehat bersama sampah. Diakses dari Mulasari, & Maani. 2013. Hubungan antara kebiasaan penggunaan alat pelindung diri dan hygiene dengan kejadian infeksi kecacingan pada petugas. Jurnal ekologi kesehatan Volume 12, Nomor 2. Notoadmojo, S. 2012. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta Rineka Cipta. Nursalam. 2009. Konsep dan penerapan metodelogi dan penelitian ilmu keperawatan Edisi 2. Jakarta Salemba Medika. Putri, K. D., & Denny, Y. 2014. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri. The Indonesian Journal of Occupational Safety, Health And Environment, Jan-April, 24-36. Septiningsih, E. 2017. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada petugas kebersihan di Yogyakarta Skripsi. Yogyakarta Universitas Muhammadiyah Sugiono. 2008. Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, R&D. Bandung Alfabeta. Yuliana, S., Hartanti, R., & Prasetyowati, I. 2016. Faktor yang berhubungan 50 dengan Penggunaan alat pelindung diri secara lengkap pada Bidan. e-jurnal pustaka kesehatan, 337-344. ... Bekerja adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mrningkatkan derajat kehidupan individu, saat bekerja diharapkan agar dapat menciptakan lingkungan yang aman, sehat, Makmur apa yang dikerjakan dapat diselesaiakan dengan baik Jacob, 2020 Alat pelindung diri atau APD adalah suatu alat yang mempuyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya sebagai alat pelindung seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja. APD apa bila digunakan dengan benar dan tepat dapat memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan berbagai dampak kecelakaan akibat kerja, dan juga dapat mendukung kinerja karyawan maupun perusahaan. ... Dede MarisaBureni ProgramStudi Ilmu KeperawatanAlat Pelindung DiriAbstrak Alat pelindung diri APD adalah alat yang mempunay kemampuan kemampuan untuk melindungi sesorang dan berfungsi untuk mengisolasitubuh dari potensi yang berbahaya. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian mennjukan bahwa hasili uji chi-square yang dilakukan menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penguaan alat pelindung diri APD terhadap sikap p=0,28, ketersediaan sarana p=0,28, pelatihan p=0,21, pengawasan p=0,24, dan motivasi p=0,000, serta tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p=616, dan managemen p=0,836. Hasil penelitian multivariat bahwa variaebel ketersediaan saraana merupakan factor yang mempunay pengaruh paling kuat dengan nilai p=0,16 dan OR sebesar Dyah Sertiya PutriUsing personal protective equipment PPE is the last risk control to protect the workers from occupational safety and health hazards. Applying safety culture through obedience behavior of wearing PPE is important to do as the responsibility of the company to protect its workers from occupational safety and health hazards. The purpose of this research was to analyze factors which have correlation with obedience of wearing PPE in aluminum sulfate unit production PT. Liku Telaga research was analytical observational with a cross sectional design. Subject of this research was total population that consist of 114 workers. Data would be shown in a frequency distribution and cross tabulation afterwards analyzed using statistic chi result of research showed that most of workers obeyed to wear PPE in workplace. Statistic analytical results showed that education p= r= and attitude to the policy p= r= are factors which has correlated with obedience of wearing PPE. Age p=1, time of work p=1, knowledge p= motivation p=1, personality p= training p= communication p= and availability of PPE p= have no correlation with obedience of wearing PPE. Keywords behavior of wearing PPE,safety culture, workers in aluminum sulfate unit productionHubungan pengetahuan dan sikap petugas Laboratorium patologi Klinik dalam menggunakan alat pelindung diri di RSUDD AlhayatiT RestuatutiFatmatwatiAlhayati, D., Restuatuti, T., & Fatmatwati. 2014. Hubungan pengetahuan dan sikap petugas Laboratorium patologi Klinik dalam menggunakan alat pelindung diri di RSUD Achmad Provinsi RIAU. JOM FK VOL 1, NO yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri coal yardB ArifinA SusantoArifin, B., & Susanto, A. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri coal yard. Jurnal Kesehatan Masyarakat, No. sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Wilayah SULUT AP2BF M DumbelaO R PinontoanA A RumayarDumbela, F. M., Pinontoan, O. R., & Rumayar, A. A. 2017. Peran sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Wilayah SULUT AP2BFaktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD earplug dan sarung tangan pada pekerja unit perbaikan di PT. KAI DAOP VI Yogyakarta DIPO SOLO Balapan SkripsiA M FaniahFaniah, A. M. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD earplug dan sarung tangan pada pekerja unit perbaikan di PT. KAI DAOP VI Yogyakarta DIPO SOLO Balapan Skripsi. Yogyakarta Universitas Muhammadiyah SurakartaKesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerjaIloILO. 2013, 6 13. Kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Diakses dari blic/-asia/-ro-bangkok/-ilojakarta/documents/publication/wcms_2 Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaKemenkesKemenkes 2015. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses dari nload/pusdatin/infodatin/ Penelitian. Kediri Universitas Nusantara PGRID KuntjojoKuntjojo, D. 2009. Metodologi Penelitian. Kediri Universitas Nusantara PGRIPromosi kesehatan & ilmu perilakuS NotoadmojoNotoadmojo, S. 2012. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta Rineka dan penerapan metodelogi dan penelitian ilmu keperawatan Edisi 2NursalamNursalam. 2009. Konsep dan penerapan metodelogi dan penelitian ilmu keperawatan Edisi 2. Jakarta Salemba Medika.alatpelindung diri, lingkungan kerja dan status gizi dengan kejadian diare pada petugas pengangkut sampah di Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Keindahan Kota (DLHK3) Banda Aceh. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Sumber Pexels/Chevanon PhotographyBagi seorang pekerja dan perusahaan, keselamatan kerja menjadi hal utama. Apalagi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 ini juga diatur dalam Undang-undang perusahaan dan pekerja harus sama-sama mengetahui tentang keselamatan kerja sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya menggunakan Alat Pelindung Diri APD yang sesuai adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dengan cara mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat ini terdiri dari perlengkapan wajib yang digunakan pekerja untuk menjaga keselamatan pekerja sekaligus orang di ini tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. tentang Alat Pelindung Diri. Untuk itu, pengusaha wajib untuk menyediakan APD sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI bagi Saja Bentuk Alat Pelindung Diri yang Sesuai dengan Standar Kesehatan & Keselamatan Kerja K3?Yuk, ketahui beberapa bentuk alat pelindung diri yang sesuai dengan K3 berikut Helm KeselamatanHelm keselamatan atau safety helmet berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang melayang atau meluncur di ini juga bisa melindungi kepala kamu dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia, atau suhu dia rekomendasi helm keselamatan merek Krisbow yang bisa kamu Brim Helm Keselamatan Kerja Hdpe – KuningCek di siniKrisbow Brim Helm Keselamatan Kerja Hdpe – PutihCek di sini2. Sabuk dan Tali KeselamatanSabuk keselamatan atau safety belt wajib digunakan buat membatasi gerak pekerja agar tidak terjatuh atau terlepas dari posisi yang beberapa pekerjaan mengharuskan pekerja untuk berada pada posisi yang cukup berbahaya, seperti pada posisi miring, tergantung, atau memasuki rongga sabuk keselamatan ini terdiri dari harness, lanyard, safety rope, dengan beberapa alat lainnya, seperti karabiner, rope clamp, decender, dan Harness Full Body Dengan Sabuk PengamanCek di siniKrisbow Sabuk Pengaman Extra TaliCek di sini3. Sepatu BootSelain badan, kaki juga harus dilindungi dari benturan benda berat, risiko tertusuk benda tajam, dan terkena bahan kimia berbahaya dengan cara memakai sepatu bedanya sepatu ini dengan safety shoes adalah perlindungan yang lebih maksimal karena modelnya tinggi dan bisa melindungi kaki hingga bagian betis dan tulang Ukuran M Sepatu Boot Pvc Dengan Reflektor – OranyeCek di siniKrisbow Ukuran L Sepatu Pengaman Boot Dengan Sol Tengah BajaCek di sini4. Sepatu PelindungSama halnya dengan sepatu boot, safety shoes atau sepatu pelindung juga dipakai buat melindungi kaki dari berbagai safety shoes biasanya dilengkapi dengan beberapa hal nih, seperti antislip, antipanas, anti-bahan kimia, anti-listrik, atau yang Ukuran 40 Argon Sepatu Pengaman 6 Inci – HitamCek di siniKrisbow Ukuran 38 Sepatu Pengaman ApolloCek di sini5. MaskerUntuk melindungi organ pernapasan, pakailah masker berikut karena bisa menyaring bahan kimia, mikroorganisme, partikel debu, aerosol, uap, asap, sampai udara yang kamu hirup adalah udara bersih dan sehat. Biasanya, masker yang memenuhi syarat K3 terdiri dari berbagai jenis, seperti respirator, katrit, sampai Masker Respirator Half Mask SingleCek di siniKrisbow Masker Respirator Half Mask DoubleCek di telingaSaat bekerja di bidang konstruksi, pastinya ada banyak suara bising yang berasal dari peralatan konstruksi. Untuk itu, gunakan penutup telinga agar bisa melindungi telinga dari tekanan Headband Pelindung Telinga 30 DbCek di siniKrisbow Headband Pelindung Telinga 35 DbCek di sini7. Kacamata PengamanMata kamu juga harus dilindungi dari paparan partikel yang melayang di udara atau air, percikan benda kecil, benda panas, sampai uap panas. Yap, kamu hanya perlu memakai kacamata itu, kacamata pengaman juga berfungsi untuk menghalangi pancaran cahaya yang langsung pada mata. Jenis kacamata pengaman ini bisa berupa spectacles atau Pengaman Heavy Duty RainbowCek di siniKrisbow Kacamata Pengaman Sporty Dengan NosepadCek di sini8. Sarung TanganAlat keselamatan kerja lainnya yang harus kamu pakai adalah sarung tangan. Gunanya untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan, goresan benda tajam, sampai virus dan sarung tangan buat pekerja terbuat dari material yang beraneka macam, seperti logam, kulit, kanvas, kain, karet, dan Sarung Tangan Pengaman Nilon NitrilCek di sini9. Pelindung WajahSesuai namanya, pelindung wajah atau face shield bisa melindungi wajah dari bahan berbahaya saat bekerja. Untuk keamanan maksimal, kamu bisa menggunakan pelindung wajah dengan kaca gelap, seperti berikut Masker Pelindung Wajah Dengan Penutup TelingaCek di siniKrisbow Helm Pelindung Wajah – Kaca GelapCek di sini10. PelampungBuat pekerja yang bekerja di atas air, pelampung atau rompi keselamatan wajib digunakan agar terhindar dari bahaya tenggelam. Alat ini terdiri dari life jacket, life vest atau bouyancy control device untuk mengatur saat tubuh kamu sedang terapung di Ukuran Xl Rompi Pelampung Dengan Leg StrapCek di siniKrisbow Rompi Pelampung Dewasa – Merah Abu-abuCek di siniAlat Pelindung Diri untuk Melawan VirusSelain alat keselamatan kerja, kamu juga bisa menggunakan alat pelindung diri kesehatan bagi para tenaga medis di tengah maraknya pandemi virus korona, lho. Ini dia beberapa alat kesehatan yang bisa melindungi tubuh dari Masker Anti Virus N95Saat keluar rumah atau bepergian, pastikan untuk selalu menggunakan masker. Terbuat dari kain yang lembut untuk kulit, masker ini mampu melakukan filtrasi hingga 95%.Masker ini bisa melindungi kamu dari debu, bakteri, hingga cairan aerosol. Selain buat petugas medis, masker ini juga aman untuk penggunaan Sip Set 5 Pcs Masker Anti Virus Dark Series Kn95Cek di sini2. Pakaian Pelindung Laboratorium & ICUUntuk petugas medis, pakaian ini wajib digunakan agar bisa melindungi dari bakteri dan virus saat menangani fitur lapisan air permeable membrane, kamu bisa bernafas dengan lebih mudah. Pakaian ini sudah teruji steril dan mendapatkan sertifikasi Medical Executive Standard Medical Executive Standard EN14126-2003, APD atau Alat Pelindung Diri ini harus diperhatikan kondisinya. Jika APD rusak, sebaiknya jangan kamu APD juga memiliki masa pakai, sehingga perawatannya harus lebih diperhatikan dan dicatat waktu pembelian serta masa Pakaian Pelindung Laboratorium Apd HazmatBeli di sini3. Hand SanitizerMenjaga kebersihan tangan selama pandemi COVID-19 merupakan hal yang paling penting. Namun, kita mungkin tidak bisa selalu menemukan tempat cuci itulah, kita bisa menggunakan hand sanitizer. Pastikan membawa hand sanitizer ke mana pun kita 500 Ml Hand Sanitizer & Car SterilizationCek di siniNah, itu dia alat penting yang wajib digunakan para pekerja lapangan dan tenaga medis agar tetap aman. Tenang, semua perlengkapan di atas bisa kamu beli di perlengkapan k3 hemat hingga 50% klik di siniMelalui situs ini, kamu juga bisa mendapatkan aneka jenis peralatan rumah tangga dari merek-merek ternama milik Kawan Lama Group, yaitu ACE, INFORMA, Krisbow, SELMA, Toys Kingdom, ATARU, dan masih banyak juga berbagai artikel menarik lainnya dari ruparupa hanya di Google News atau klik di sini.
MENGGUNAKANALAT PELINDUNG DIRI DALAM PEMBELAJARAN K3 IMPROVEMENT OF ATTITUDE AND DISCIPLINE PERFORMANCE OF VOCATIONAL SCHOOL STUDENTS USING SELF-PROTECTIVE EQUIPMENT IN LEARNING WORK SAFETY AND HEALTHY Mariani1, Agus Amin Sulistyono2, dan Subijanto3 1Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta 2,3Pusat
Setiap perusahaan di bidang jasa kebersihan umumnya telah membekali para pegawainya, baik berupa keterampilan hingga alat cleaning service yang menunjang pekerjaan mereka. Alat tersebut merupakan alat bantu yang penting dimiliki demi memaksimalkan kinerja para pegawai. Keberadaan alat-alat tersebut sangat mendukung dalam kebersihan baik rumah sakit, bank, mall, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, petugas biasanya melakukan cek list peralatan yang dibutuhkan sehingga tidak ada satupun yang terlewat. Nah, peralatan kebersihan yang bisa memberikan kemudahan bagi para petugas dalam pekerjaannya berupa carry caddy tempat penyimpan alat, hand brush sikat dinding, vacuum cleaner alat penyedot debu, floor machine alat pembersih lantai, glass squeegee alat penyeka kaca, toilet bowl brush pembersih noda toilet, sarung tangan, dry cloth kain lap, dan alat pemeras mop. Umumnya alat-alat tersebut untuk membersihkan berbagai ruangan sehingga menghasilkan tempat yang bersih, bebas debu, dan rapi. Sehingga ruangan terlihat indah dan bebas kuman. Sehingga setiap orang mampu merasakan efek dari ruang yang bersih tersebut. Sedangkan untuk bahan pembersih atau chemical umumnya terdiri dari glass cleaner bahan pembersih kaca, disinfektan bahan kimia pembasmi kuman, furniture polish bahan pengkilap perabot, metal polish pengkilap metal, detergent bahan mencuci porcelain, air freshener pengharum ruangan, dan multi purpose cleaner pembersih kaca, furniture, gelas dan lantai. Selain adanya alat serta bahan pembersih, juga harus disiplin terkait peralatan pelindung diri. Jasa cleaning service melengkapi para petugasnya dengan peralatan pelindung diri berupa hand gloves sarung tangan pelindung dari zat kimia, pelindung kepala, sabuk pengaman, dan masker. Begitu pentingnya alat kebersihan tersebut untuk keseharian para petugas, maka perlu adanya kelengkapan serta alat terbaru yang menunjang pekerjaan mereka. Anda bisa dapatkan berbagai produk housekeeping dan alat cleaning service terbaik dan terbaru di Adya Graha Kencana. Distributor alat kebersihan sebagai solusi untuk klien. Adya Graha Kencana menyediakan berbagai kebutuhan Anda terlengkap dan termurah.
B Tindakan Higiene di Laboratorium. Contoh tindakan higiene di laboratorium dapat dilakukan pada diri sendiri dan pada ruangan laboratorium, yaitu : 1) Pada diri sendiri : a) Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) saat melakukan penelitian, contohnya : sarung tangan, masker, jas laboratorium, alas kaki tertutup, dll.ArticlePDF AvailableAbstractAlat Pelindung Diri APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan 10 orang pekerja pengangkut sampah, ditemukan 70% pekerja pengangkut sampah tidak menggunakan APD dan tidak merawat APD dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat kuantitatif dengan desain Cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji chi-square yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan alat pelindung diri APD terhadap sikap p = 0,028, ketersediaan sarana p = 0,028, pelatihan p = 0,021, pengawasan p = 0,024, dan motivasi p = 0,000, serta tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p = 0,616, dan manajemen p = 0,836. Hasil penelitian multivariat bahwa variabel ketersediaan sarana merupakan faktor yang mempunyai pengaruh paling kuat dengan nilai p = 0,016 dan OR sebesar 2. Disarankan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang sebaiknya dapat lebih tegas dalam menerapkan regulasi pada pekerja pengangkut sampah, mengenai penggunaan APD dalam bekerja. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Kesehatan Global, Vol. 2, No. 1, Januari 2019 20-28Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan HelvetiaARTIKEL RISETURL Artikel PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJAPENGANGKUT SAMPAH DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP DANKEBERSIHAN KOTA PALEMBANGDeterminants Of The Use Personal Protective Equipment In Workers Of WasteCarrier In The Department Of Environment And Hygiene Of PalembangRiza Agustina U1K, Kamaluddin,2Dahlan, Hatta31Departemen Magister K3KL Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya Palembang,Indonesia2Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang, Indonesia3Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Palembang, IndonesiaEmail Penulis Korespondesnsi riza1916 Pelindung Diri APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untukmelindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensibahaya di tempat kerja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan 10orang pekerja pengangkut sampah, ditemukan 70% pekerja pengangkut sampah tidakmenggunakan APD dan tidak merawat APD dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitiananalitik yang bersifat kuantitatif dengan desain Cross sectional. Hasil penelitian menunjukkanbahwa hasil uji chi-square yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikanantara penggunaan alat pelindung diri APD terhadap sikap p= 0,028, ketersediaan sarana p= 0,028, pelatihan p= 0,021, pengawasan p= 0,024, dan motivasi p= 0,000, serta tidakada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p= 0,616, dan manajemen p= 0,836.Hasil penelitian multivariat bahwa variabel ketersediaan sarana merupakan faktor yangmempunyai pengaruh paling kuat dengan nilai p = 0,016 dan OR sebesar 2. Disarankan kepadaDinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang sebaiknya dapat lebih tegas dalammenerapkan regulasi pada pekerja pengangkut sampah, mengenai penggunaan APD Kunci Determinan, Alat Pelindung Diri, Pekerja Pengangkut SampahAbstractPersonal Protective Equipment PPE is a device that has the ability to protect someonewhose function is to isolate part or all of the body from potential hazards in the on the results of a preliminary study conducted with 10 people carrying garbageworkers, it was found that 70% of workers carrying garbage did not use PPE and did not treatPPE properly. This study is a quantitative analytical study with a cross sectional design. Theresults showed that the results of the chi-square test conducted showed that there was asignificant relationship between the use of personal protective equipment PPE on attitudes p= availability of facilities p = training p = supervision p = andmotivation p = 0,000, and there was no significant relationship to knowledge p = andmanagement p = The results of multivariate research that the availability of facilitiesvariable is the factor that has the strongest influence with a significant value = and an Jurnal Kesehatan Global, Vol. 2, No. 1, Januari 2019 20-28Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan HelvetiaOR of 2. It is suggested that the Environment and Hygiene Agency of the city of Palembangshould be more assertive in implementing regulations onwaste transport workers, regarding theuse of PPE in Determinants, Personal Protective Equipment, Waste Carrier WorkersPENDAHULUANAlat Pelindung Diri APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untukmelindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensibahaya di tempat kerja. APD apabila digunakan dengan benar dan tepat dapat memberikanperlindungan bagi tenaga kerja dari berbagai dampak dari kecelakaan akibat kerja, dan jugadapat mendukung kinerja karyawan maupun perusahaan. Berdasarkan hasil studi pendahuluanyang telah dilakukan dengan 10 orang pekerja pengangkut sampah, ditemukan 70% pekerjapengangkut sampah tidak menggunakan APD dan tidak merawat APD dengan baik. Dalampelaksanaannya Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 bertujuan untuk menciptakan tenagakerja yang sehat dan produktif sehingga terciptanya keamanan dan kenyamanan hidup sehatdalam bekerja maka terwujudlah derajat kesehatan yang optimal. Pelayananan pengangakutansampah di Palembang mencakup 18 kecamatan yang ditangani oleh petugas pengangkut sampahantara lain Seberang Ulu I, Jakabaring, Kertapati, Seberang Ulu II, Plaju, Ilir Timur I, IlirTimur II, Ilir Timur III, Ilir Barat I, Ilir Barat II, Bukit Kecil, Gandus, Sukarami, Alang-AlangLebar, Kemuning, Sematang Borang, Sako dan penelitian yang dilakukan Elfitri Roza, pengetahuan petugas kebersihantentang alat pelindung diri di PD. Jaya Kec. Pasar Minggu kurang baik 70% menggunakan APDtidak baik, sedangkan bersikap negatif yang menggunakan APD kurang baik 80% dan bersikappositif menggunakan APD baik 35,7% 1. Sedangkan menurut penelitian Herlinda Health BelifModel HBM digunakan untuk menjelaskan persepsi pemulung terhadap risiko kesehatan dankeselamatan kerja tersebut. Dengan mengetahui persepsi pemulung terhadap risiko kesehatandan keselamatan kerja dikaitkan dengan penggunaan APD, maka akan diperoleh alasan utamamengapa selama ini pemulung tidak menggunakan APD selama bekerja. Dengan diketahuialasan utama ini, maka akan dapat dijadikan dasar pengembangan program peningkatan derajatkesehatan dan keselamatan pemulung sesuai kebutuhan mereka 2.Pekerja pegangkut sampah di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan merupakanPekerja Harian Lepas PHL. Pekerja pengangkut sampah Dinas Lingkungan Hidup danKebersihan setiap harinya bekerja memungut, serta mengumpulkan sampah dari rumah tangga,hingga pusat keramaian seperti pasar, ruko, perkantoran, rumah sakit dan sampah jalanan dilingkungan kota Palembang. Petugas pengangkut sampah merupakan Pekerja Harian LepasPHL. Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan peneliti dengan 10 orang pekerjapengangkut sampah, ditemukan 70% pekerja pengangkut sampah tidak menggunakan APD dantidak merawat APD dengan baik. Berdasarkan wawancara dengan petugas pengangkut sampahjuga ditemukan kejadian kecelakaan kerja seperti tertusuk benda tajam seperti pecahan kaca,tangan tergores dan luka saat bekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor determinanyang berhubungan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja pengangkut sampah di DinasLingkungan Hidup dan Kebersihan Kota PENELITIANJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik yang bersifatkuantitatif dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui tentang hubunganperilaku pekerja pengangkut sampah sebagai variabel independen dan penggunaan APD padapekerja pengangkut sampah sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah Jurnal Kesehatan Global, Vol. 2, No. 1, Januari 2019 20-28Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetiapara pekerja pengangkut sampah yang bekerja di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan KotaPalembang. Berdasarkan data yang ada jumlah pekerja pengangkut sampah yang bekerja diDinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang adalah 451 orang. Teknikpengambilan sampel pada penelitian ini dengan random sampling 3. Perhitungan sampel akandilakukan dengan rumus uji hipotesis 2 proporsi. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 130orang pekerja. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubunganvariabel independen dengan variabel dependen melalui uji Chi-square. Analisis data bivariatdilakukan dengan perangkat komputer untuk membuktikan hipotesis untuk memperolehjawaban apakan dua variabel saling berhubungan atau tidak yaitu dengan ketentuan jika Pvalue 0,05. MenurutGreen 8 dalam peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namunhubungan positif antara kedua variabel ini telah diperlihatkan dalam sejumlah penelitian yangdilakukan. Menurut penelitian yang dilakukan Winandar dari 25 responden dengan pengetahuantinggi sebanyak 10 orang 40% yang lengkap menggunakan APD, dan dari 32 responden denganpengetahuan rendah sebanyak 10 orang 31,3% yang lengkap menggunakan APD 9. Berdasarkanuji statistik diketahui p value < α = 0,05, ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan alatpelindung diri pada petani yang menggunakan Pekerja Pengangkut Sampah dengan Penggunaan APDSelaras dengan hasil penelitian Lensoni didapatkan bahwa sikap petugas dengan penggunaanalat pelindung diri p value = 0,016 < α 0,05, yang berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkanbahwa ada hubungan antara sikap petugas dengan penggunaan alat pelindung diri. 10 Sikap dalamhal ini merupakan kelakuan dari pekerja pengangkut sampah yaitu kesiapan dari seseorang yangbereaksi terhadap stimulus kemudian direspon. Sikap negatif dari seseorang terjadi karena banyakfaktor. Seperti kebiasaan dari pekerja pengangkut sampah yang meremehkan bahwa penggunaan APDtidaklah terlalu penting yang justru dapat mengakibatkan hal yang fatal dan berdampak buruk bagikesehatan dan keselamatan pekerja pengangkut sampah. Sehingga perlu dilakukan berbagai upayauntuk mengubah sikap yang baik agar tercipta perilaku yang baik dalam menjalankan Sarana Pekerja Pengangkut Sampah dengan Penggunaan APDAda hubungan yang signifikan antara ketersediaan sarana dengan penggunaan APD. Penelitianini sejalan dengan penelitian Yustrianita mengungkapkan bahwa ada hubungan yang bermakna antaraketersediaan APD p=0,026 < 0,05 dengan penggunaan APD pada pekerja bagian Finishing diProyek Apartemen Serpong tahun 2014 11. Jurnal Kesehatan Global, Vol. 2, No. 1, Januari 2019 20Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan HelvetiaBerdasarkan analisis multivariat semakin besar nilai OR berarti semakin besar pulapengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisis 12, ternyata variabel yang berhubunganbermakna dengan kejadian penggunaan APD adalah variabel sikap, manajemen, pelatihan,pengawasan dan motivasi. Sedangkan variabel ketersediaan sarana sebagai variabel analisis didapatkan Odds Ratio OR dari variabel Ketersediaan Sarana APD adalah 2,3, artinyaketersediaan sarana APD baik akan meningkat sebesar 2 kali lebih tinggi dibandingkan ketersediaansarana APD kurang baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Eko dimana analisis multivariatmenunjukkan bahwa faktor yang menunjukkan pengaruh yang paling bermakna adalah ketersediaansarana dengan nilai p = 0,002 dan Exp B = 31 13. Ketersediaan sarana adalah salah satu faktoryang mempengaruhi terbentuknya perilaku aman saat melakukan pekerjaan, dimana ketersediaanfasilitas atau sarana dan prasarana harus sesuai dengan resiko dan bahaya yang dihadapi oleh pekerjadi tempat kerja. Sarana APD dapat mendukung pembentukan perilaku. Pembentukan perilaku berupapengetahuan, sikap dan tindakan, bisa dilihat walaupun pengetahuan dan sikap yang dimiliki pekerjapengangkut sampah cukup baikk, tetapi tidak didukung sarana yang lengkap tidak akan terbentuktindakan berupa perilaku. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Indra Gunawan danAhmad bahwa hasil analisis multvariat menunjukkan variabel pengetahuan merupakanvariabel dominan berhubungan dengan perilaku penggunaan APD pada pekerja dengan p value0,002 14.Manajemen Pekerja Pengangkut Sampah dengan Penggunaan APDTidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen dengan penggunaan APD. Menurutpenelitian Zuliyanti yang dilakukan di PT. Gold Coi Indonesia terlihat banyak perilaku pekerja yangtergolong tindakan tidak aman seperti tidak menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakanperusahaan pada saat sedang bekerja. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dimana adapengaruh manajemen dengan penggunaan Alat Pelindung Diri 15. Manajemen penggunaan alatpelindung diri belum berjalan dengan sistematis, biasanya pekerja hanya melaporkan kekurangan dankerusakan APD kepada kepala wilayah. Sedangkan untuk evaluasi manajemen penggunaan APDbelum pernah dilakukan yang biasa dilakukan seperti evaluasi kinerja dari pekerja pengangkutsampah tersebut. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa kinerja pekerja tidak terlepas denganupaya perlindungan bahaya dan risiko kerja dimana yang dimaksud yaitu penggunaan dan penerapanAPD. Apabila manajemen APD berjalan lancar dan optimal maka bisa dipastikan pengelolaan APDjuga akan berjalan dengan lancar dan upaya pengendalian dapat berjalan dengan efektif dan Pekerja Pengangkut Sampah dengan Penggunaan APDSelaras dengan penelitian yang dilakukan Raodah di PT. Semen Bosowa Marosmenunjukkan bahwa pelatihan mempengaruhi penggunaan APD yaitu p value 0,000 < 0,05 yangberarti ada hubungan antara pelatihan dengan penggunaan APD pada karyawan bagian Packer PTSemen Bosowa Maros 16. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja pengangkut sampahberpendapat bahwa perlu dilakukan pelatihan yang spesifik mengenai pentingnya menggunakan AlatPelindung Diri seperti pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja serta penggunaan alat pelindung diripada setiap pekerja dengan mengumpulkan semua pekerja karena pekerjaan yang mereka lakukandapat berdampak negatif pada kesehatan mereka untu dimasa yang akan datang karena dampak daripada saat mereka melakukan pekerjaan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri. Demikian fungsi daripelatihan yang diharapkan dapat dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan gunameningkatkan produktifitas dan kemampuan dari pekerja pengangkut sampah dengan dampak yangmereka rasakan selama terpapar langsung dengan sampah setiap mereka melakukan pekerjaantersebut, namun juga untu pengembangan kinerja dan lingkungan kerja sesuai dengan Pekerja Pengangkut Sampah dengan Penggunaan APDSelaras dengan penelitian Kautsar bahwa ada hubungan pengawasan terhadap penggunaanAPD dengan pvalue 0,023< 0,05 berarti pengawasan mempengaruhi dalam penggunaan APD pada Jurnal Kesehatan Global, Vol. 2, No. 1, Januari 2019 20Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetiapekerja operator di area Wood Workimg I PT Yamaha Indonesia tahun 2014 17. Pengawasan yangdilakukan di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan biasa dilakukan setiap hari oleh KepalaWilayah. Pengawasan ini hanya dilakukan dengan cara pengecekan perlengkapan, peralatan yangdibawa oleh pekerja pengangkut sampah serta dilakukan pengawasan saat mereka bekerja denganbaik atau tidak. Hasil pengawasan pekerja yang tidak menggunakan APD biasanya tidak dilakukandengan pencatatan sehingga tidak terdapat data pencatatatan yang dapat digunakan untuk melakukanpeninjauan ulang bagi pekerja yang malas menggunakan alat pelindung diri. Perubahan perilakuindividu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru menjadi internalisasi. Mula –mula individu mematuhi tanpa kerelaan melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena inginmenghindari hukuman ataupun sanksi, jika dapat mematuhi anjuran tersebut maka biasanyaperubahan terjadi pada tahap ini sifatnya hanya sementara, artinya bahwa tindakan dilakukan selamamasih ada pengawas. Namun pada saat pengawas mengendur perilaku itu pun ditinggalkan lagi 18.Motivasi Pekerja Pengangkut Sampah dengan Penggunaan APDAda hubungan yang signifikan antara motivasi dengan penggunaan APD. Menurut penelitianWijayanto didapatkan nilai signifikansi p = 0,03 sehingga disimpulkan ada hubungan motivasiperawat dengan perilaku pemakaian alat pelindung diri saat melakukan kemoterapi di ruang rawatinap RSUD Dr. Moewardi 19. Menurut Handoko motivasi eksternal berasal dari luar yangmerupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Lingkungan merupakan suatu yang ada disekitar individu baik secara fisik,biologis maupun social lingkungan yang tidak mendukung kondisiyang tidak kondusif akan membuat stress 20.KESIMPULANAda hubungan yang signifikan antara sikap, pelatihan, pengawasan, dan motivasi terhadappenggunaan APD pekerja pengangkut sampah di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan KotaPalembang Tahun 2018, faktor ketersediaan sarana merupakan faktor utama yang mempengaruhipaling berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja pengangkut sampah diDinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang Tahun TERIMA KASIHPeneliti mengucapkan terimakasih kepada enumerator yang banyak memberikan bantuan dandukungan serta ucapan terimakasih kepada Bapak/ibu Kepala Dinas Lingkungan Hidup danKebersihan Kota Palembang yang telah berikan izin sebagai tempat pelaksanaan PUSTAKA1. Roza E. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri padapetugas kebersihan di PD. Pasar Jaya Kec. Pasar Minggu Tahun 2015. 2015;2. Herlinda. Herlinda. 2010. Persepsi Pemulung terhadap Risiko Kesehatan dan KeselamatanKerja Dikaitkan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD di Tempat PenampunganSampah Sementara TPS Tegallega Bandung. Univ Indones. 2010;3. Sugiyono. Metode Penelitian. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Hastono SP. Analisis Data Kesehatan. Wijayanti DF. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diriterhadap Keluhan Gangguan Kulit pada petugas Sampah TPA Batu Layang Pontianak. 2016;7. Purba AB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri APD padaPerajin Keranjang Bambu Desa Si Godang Barat Kecamatan Panei Kabupaten SimalungunTahun 2017. Univ Tanjungpura Pontianak. 2017;8. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Winandar A. Fakor –faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung DiriAPD pada Petani yang Menggunakan Pestisida Gapong Susoh Kecamatan Bilang PidieTahun 2015. 2015;10. Lensoni NH dan SJ. Hubungan Perilaku dan Sikap Pekerja Pengangkut Sampah dengan Jurnal Kesehatan Global, Vol. 2, No. 1, Januari 2019 20Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan HelvetiaPenggunaan Alat Pelindung Diri di Kampung Jawa. J Aceh Med ISSN 2548-96232018JurnalAceh Med ISSN 2548-96232018. 2018;11. Yustrianita I. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri padapekerja Bagian Finishing PT di Proyek Apartemen Serpong Tahun 2014. Univ Indones Hidayat AAAH. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. 2005. SalembaMedika. Jakarta Hutabarat EP. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Alat PelindungDiri pada Pekerja Bagian Produksi di Agrinusa Unit Poultry Feed Tahun Kesehat Masyarakat Univ Sumatra Utara. 2018;14. Gunawan I dan AM. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Motivasi dengan PerilakuPenggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Produksi PT. Katingan Indah Utama,Kabupaten Kota Waringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Univ Ahmad Dahlan. 2016;15. Zulliyanti S. Pengaruh Perilaku Tenaga Kerja terhadap Penerapan Manajemen Keselamatandan Kesehatan Kerja di bagian produksi PT. Gold Coin Indonesia Tahun 2010. 2010;16. Raodah S. Faktor–Factor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri padaKaryawan Bagian Packer PT. Semen Bosowa Tahun 2014. Public Heal Sci Journal437 –449. 2014;17. Kautsar A. Faktor–Faktor yang Berhubungan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri APDPada Pekerja Operator di Area Wood Working I PT Yamaha Indonesia Tahun 2014. FakKersehatan MasyarakatUniversitas Indones. 2014;18. Aweng ER and Fatt CC. Perception of Rubbish Collectors at the Garbage Dump Sites inKelantan, Malaysia on the use of Personal Protective Equipments PPE. Univ Malaysia HealEnviron Journal. 2014;Vol 5 Wijayanto W. Hubungan Motivasi Perawat dengan Perilaku Pemakaian Alat Pelindung Dirisaat melakukan Kemoterapi di Ruang Inap Surakarta. 2015;20. Handoko TH. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia 2005. ... Jayanti, 2019 Berdasarkan data penelitian jurnal kesehatan global 2019 menunjukan bahwa hasil uji chi-square yang di lakukan menunjukan bahwa ada hubungan yang siknifikan antara alat pelindung diri atau APD terhadap sikap p=0,028, ketersediaan sarana p=0,28, pelatihan p=0,21, pengawasan 0,024, dan motifasi p=0,000, serta tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p=0,16, manajemen p=0,836. Hatta, 2019 METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik yang bersifat kuantitatif dengan desai kroseksional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pekerja pengangkut sampah sebagai variable independen dan penggunaan APD pada pekerja menggunakan variable dependen. ... Dede MarisaBureni ProgramStudi Ilmu KeperawatanAlat Pelindung DiriAbstrak Alat pelindung diri APD adalah alat yang mempunay kemampuan kemampuan untuk melindungi sesorang dan berfungsi untuk mengisolasitubuh dari potensi yang berbahaya. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian mennjukan bahwa hasili uji chi-square yang dilakukan menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penguaan alat pelindung diri APD terhadap sikap p=0,28, ketersediaan sarana p=0,28, pelatihan p=0,21, pengawasan p=0,24, dan motivasi p=0,000, serta tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p=616, dan managemen p=0,836. Hasil penelitian multivariat bahwa variaebel ketersediaan saraana merupakan factor yang mempunay pengaruh paling kuat dengan nilai p=0,16 dan OR sebesar AdministrasiDan Kebijakan Kesehatan Andi Rizki AmeliaTujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga masyarakat dapat hidup sejahtera, produktif serta dapat berkontributif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. dalam mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan peran tenaga kesehatan sebagai pilar dalam memberikan pengobatan maupun pencegahan penyakit. dokter dan tenaga kesehatan lainnya harus mampu berperan sebagai seorangmanager pelayanan kesehatan sebagai salah satu fungsi "five star doctor", dengan kemampuan manajerialnya yang andal tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efesien dalam konteks keterbatasan sumber dayaHubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada petugas kebersihan di PD. Pasar Jaya KecE RozaRoza E. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada petugas kebersihan di PD. Pasar Jaya Kec. Pasar Minggu Tahun 2015. 2015;S P HastonoHastono SP. Analisis Data Kesehatan. dan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap Keluhan Gangguan Kulit pada petugas Sampah TPA Batu Layang PontianakD F WijayantiHubungan PengetahuanWijayanti DF. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap Keluhan Gangguan Kulit pada petugas Sampah TPA Batu Layang Pontianak. 2016;Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri APD padaA B PurbaPurba AB. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri APD padaFakor -faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD pada Petani yang Menggunakan Pestisida Gapong Susoh Kecamatan Bilang Pidie TahunA WinandarWinandar A. Fakor -faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD pada Petani yang Menggunakan Pestisida Gapong Susoh Kecamatan Bilang Pidie Tahun 2015. 2015;Hubungan Perilaku dan Sikap Pekerja Pengangkut Sampah dengan Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Penggunaan Alat Pelindung Diri di Kampung JawaN H LensoniSjLensoni NH dan SJ. Hubungan Perilaku dan Sikap Pekerja Pengangkut Sampah dengan Published By Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Penggunaan Alat Pelindung Diri di Kampung Jawa. J Aceh Med ISSN 2548-96232018Jurnal Aceh Med ISSN 2548-96232018. 2018;Penggunaan Alat Pelindung Diri di Kampung JawaPenggunaan Alat Pelindung Diri di Kampung Jawa. J Aceh Med ISSN 2548-96232018Jurnal Aceh Med ISSN 2548-96232018. 2018;Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada pekerja Bagian Finishing PT di Proyek Apartemen Serpong TahunI YustrianitaYustrianita I. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada pekerja Bagian Finishing PT di Proyek Apartemen Serpong Tahun 2014. Univ Indones Depok. 2014;Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis DataAaah HidayatHidayat AAAH. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. 2005. Salemba Medika. Jakarta Susanto.SPOPEMAKAIAN DAN PELEPASAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) LEVEL 2B NO. DOKUMEN 008 /SPO/PPI/I/2022 NO. REVISI 0 HALAMAN 2 / 2 11. Petugas Laborat PROSEDUR 1. Urutan Pemakaian APD Level 2B a. Melaksanakan kebersihan tangan b. Memakai masker N95, dobel masker bedah 3 ply, atau masker bedah dobel masker kain c.
Upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan. Salah satu jenis pekerjaan yang berisiko terjadinya kecelakaan dan masalah kesehatan kerja adalah petugas kebersihan. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD pada petugas kebersihan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei analitik melalui pendekatan cross sectional dan uji statistik Spearman Rank. Sampel diambil sebagai representatif dari populasi sebanyak 108 petugas kebersihan menggunakan rumus slovin yang dipilih sesuai dengan metode accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD dimana p value 0,042 dan ketersediaan APD responden p value = 0,00, sedangkan pengetahuan p value = 0,909 usia p value = 0,108, masa kerja p...
Petugasyang merasa tidak memiliki alat pelindung diri atau rusak, saat di tempat kerja, serta memelihara kebersihan kuku V.2.2 Bagi Masyarakat dan Lingkungan a. Menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah Mengadakan pembaharuan alat pelindung diri pekerja setiap minimal 3-6
Cleaning service CS is a job that often causes irritant contact dermatitis due to frequent contact with materials in the work environment, where the work is wet and is associated with water, soap, or other chemicals in a moment or repeatedly. This study aims to determine the effect of type of work, use of personal protective equipment, and history of atopy on the incidence of irritant contact dermatitis in cleaning service employees at the University of Muhammadiyah Malang. This study used an analytic observational method with a cross-sectional approach. The entire CS of the University of Muhammadiyah Malang population is 42 people with simple random sampling. The research data used a questionnaire from the British Health and Safety Executive HSE UK with the analysis technique using the Fisher Exact and Kruskal Wallis tests alternative chi-square in the bivariate test. In contrast, for multivariate, it used logistic regression. The research results obtained included 1 bivariate, there was a relationship between the type of work p= the use of personal protective equipment p= and a history of atopy p= in CS employees at the University of Muhammadiyah Malang. Furthermore, multivariate, there is a significant effect between the type of work sig Wald = use of personal protective equipment sig Wald = and history of atopy sig Wald = In conclusion, irritant contact dermatitis has a significant relationship with the type of work, use of PPE, and history of atopy. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 5 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567XAbstract Cleaning service CS is a job that often causes irritant contact dermatitis due to frequent contact with materials in the work environment, where the work is wet and is associated with water, soap, or other chemicals in a moment or repeatedly. This study aims to determine the effect of type of work, use of personal protective equipment, and history of atopy on the incidence of irritant contact dermatitis in cleaning service employees at the University of Muhammadiyah Malang. This study used an analytic observational method with a cross-sectional approach. The entire CS of the University of Muhammadiyah Malang population is 42 people with simple random sampling. The research data used a questionnaire from the British Health and Safety Executive HSE UK with the analysis technique using the Fisher Exact and Kruskal Wallis tests alternative chi-square in the bivariate test. In contrast, for multivariate, it used logistic regression. The research results obtained included 1 bivariate, there was a relationship between the type of work p= the use of personal protective equipment p= and a history of atopy p= in CS employees at the University of Muhammadiyah Malang. Furthermore, multivariate, there is a significant effect between the type of work sig Wald = use of personal protective equipment sig Wald = and history of atopy sig Wald = In conclusion, irritant contact dermatitis has a significant relationship with the type of work, use of PPE, and history of atopy. Keywords Irritant Contac Dermatitis, Cleaning service, personal protective equipment, history of atopy Abstrak Cleaning service CS merupakan pekerjaan yang sering menimbulkan dermatitis kontak iritan karena seringnya kontak dengan bahan-bahan di lingkungan pekerjaannya, dimana pekerjaan yang basah dan berhubungan dengan air, sabun atau bahan kimia lainnya dalam waktu sesaat atau berulang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri, dan riwayat atopi terhadap kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan cleaning service di Universitas Muhammadiyah Malang. Metode penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh CS Universitas Muhammadiyah Malang sejumlah 42 orang dengan simple random sampling. Data penelitian menggunakan kuesioner dari health and safety Executive Inggris HSE UK dengan teknik analisis menggunakan uji Fisher Exact dan Kruskal Wallis alternative chi square pada uji bivariate sedangkan untuk multivariate menggunakan regresi logistic. Hasil penelitian yang di dapatkan antara lain secara bivariat, terdapat hubungan jenis pekerjaan p= penggunaan alat pelindung diri p=0,047, dan riwayat atopi p=0,001 pada karyawan CS di Universitas Muhammadiyah Malang. Secara multivariat terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis pekerjaan sig Wald= penggunaan alat pelindung diri sig Wald=0,032, dan riwayat atopi sig Wald=0,013. Kesimpulannya dermatitis kontak iritan memiliki hubungan yang signifikan dengan jenis pekerjaan, penggunaan APD dan riwayat atopi. Kata kunci Dermatitis kontak iritan, Cleaning service, Alat pelindung Diri, Riwayat Atopi PENGARUH JENIS PEKERJAAN, ALAT PELINDUNG DIRI DAN RIWAYAT ATOPI TEHADAP DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PETUGAS CLEANING SERVICE Dwi Nurwulan Pravitasari1*, Sri Adila Nurainiwati1 Eky Okviana Armyati2, Raihan Fatihka Devi3 1Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang 2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah ponorogo 3 Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang * Correspondence Author Dwi Nurwulan Pravitasari Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia Email vitha_sabrinaviancha Telepon +628123086679 Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 6 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567XPENDAHULUAN United State Bureau of Labour Statistic menyatakan pada tahun 2004 angka penyakit akibat kerja PAK sebesar ≥ dimana kejadian dermatitis kontak di Indonesia sangat bervariasi sehingga perkembangan pada bidang industri dan jasa yang sangat pesat dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dermatitis Penyakit yang terjadi akibat kerja di Indonesia pada tahun 2014 mencapai ≥ kasus dimana mayoritas kejadian adalah Dermatitis Kontak Iritan DKI.1 Dermatitis kontak merupakan peradangan pada kulit karena terpaparnya kulit dengan bahan yang bersifat iritan atau alergen, yaitu yang berasal dari lingkungan pekerjaan seperti bahan kimia dan pelarut dengan paparan sekali atau Pekerjaan yang memiliki risiko tinggi terkena DKI salah satunya adalah pekerja cleaning service CS. Pekerjaan CS merupakan bagian dari karyawan yang bekerja di perkantoran yang bertugas menjaga kebersihan lingkungan kantor, baik dalam gedung maupun diluar gedung. Berdasarkan data dari kantor Walikota Administrasi Jakarta Utara kejadian dermatitis pada CS sebesar 18,5% dari 125 orang dengan gejala yang dialami adalah gatal, kemerahan, kulit melepuh, terkelupas dan rasa perih beberapa menit setelah terpajan bahan kimia yang berakibat terhadap penurunan produktifitas pekerja, dengan kasus dermatitis karena kontak bahan iritan sebanyak 25 orang Produk pembersih yang ada di pasaran mengandung bahan kimia seperti asam dan basa, detergen, surfaktan, dan solvent dengan bahan tambahan yaitu pewangi dan pewarna yang menimbulkan masalah iritasi pada kulit seperti dermatitis. Produk-produk pembersih tersebut apabila mengenai kulit akan menimbulkan terjadinya dermatitis yang hal ini sama dengan pekerjaan CS, dimana CS setiap hari akan kontak dengan bahan-bahan pembersih tersebut baik dalam waktu sebentar atau Penyebab DKI paling sering mengenai wanita karena lebih sering sekali kontak dengan pekerjaan rumah yang utamanya menggunakan sabun dan Dermatitis disebabkan oleh dua faktor yaitu factor langsung dimana factor tersebut berhubungan dengan bahan pembersinya meliputi ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi, sedangkan dari faktor yang tidak langsung berhubungan dengan individunya yang kontak meliputi suhu, kelembaban, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD serta lama Dari permasalahan tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri, dan riwayat atopi terhadap kejadian dermatiatis kontak akibat kerja pada karyawan Cleaning service di Universitas Muhammadiyah Malang. METODE Penelitian dengan metode observasional analitik menggunakan metode Cross Sectional. Populasinya adalah karyawan cleaning service Universitas Muhammadiyah Malang. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan menggunakan simple random sampling. Hasil analisis data yang disajikan adalah Analisis Univariat untuk mengetahui distribusi atau gambaran masing-masing variabel bebas, yaitu Jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri dan riwayat atopi. Pengujian hipotesis analisis bivariat menggunakan uji comparative kategorik Chi Square bila memenuhi syarat yaitu nilai expected count yang bernilai 2 x ≥ 2. Berikutnya uji analisis multivariat dengan regresi logistik tujuannya mengetahui factor bebas yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian dermatitis Kontak. Layak etik pada penelitian ini dengan nomor HASIL Analisis Univariat Karakteristik responden yang diamati meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, kejadian dermatitis kontak, penggunaan APD, dan riwayat atopi seperti yang terdapat pada tabel berikut Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Nilai S1 Dermatitis Kontak Ya Tidak Penggunaan APD Tidak pernah Kadang-kadang Selalu Riwayat Atopi Ya 3 7,1% 28 66,7% 1433,3% 13 31% 13 31% 16 38,1% 24 57,1% Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 7 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567XDari 42 responden didapatkan jumlah laki-laki dan perempuan seimbang yaitu 21 responden 50%. Responden yang menjadi subyek penelitian paling rendah berusia 21 tahun dan paling tua berumur 51 tahun dengan rata-rata umur sekitar 34 tahun. Berdasarkan status pernikahan diketahui mayoritas responden sudah menikah yaitu 27 orang 64,3%. Responden paling banyak memiliki pendidikan SMA/Sederajat 50%. Untuk pemeriksaan yang terdiagnosis Dermatitis kontak sebanyak 28 karyawan, sedangkan yang riwayat penggunaan APD paling banyak yang selalu menggunakan APD sebanyak 38,1% dan yang mempunyai riwayat atopi sebanyak 24 karyawan 57,1 % Analisis hubungan penggunaan APD dengan terjadinya dermatitis kontak pada petugas kebersihan Hubungan penggunaan APD dengan terjadinya dermatitis kontak iritan pada petugas kebersihan adalah sebagai berikut Tabel 2. Hubungan Penggunaan APD Dengan Dermatitis Kontak Penggunaan APD Dermatitis Kontak Total Nilai p Tidak pernah 2 11 13 0,047b Kadang-kadang 3 10 13 Selalu 9 7 16 Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa dari 13 petugas yang tidak pernah menggunakan APD mayoritas mengalami dermatitis kontak 67,6%. Kemudian dari 13 responden yang kadang menggunakan dan kadang tidak menggunakan APD mayoritas juga terkena dermatitis kontak iritan. Untuk responden yang selalu menggunakan APD maka tidak terkena dermatitis kontak iritan sebanyak 56,3%. Uji statistik diperoleh nilai p = 0,047 p 1. Variabel penggunaan APD kadang-kadang menghasilkan sig Wald sebesar 0,093 menunjukkan hasil tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan APD kadang-kadang dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Variabel riwayat atopi ya menghasilkan sig Wald sebesar 0,013, yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan riwayat atopi ya dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai OR yang diperoleh adalah 12,508 dimana maknanya adalah responden yang memiliki riwayat atopi meningkatkan peluang kemungkinan terkena dermatitis kontak iritan OR>1. Variabel jenis pekerjaan gedung memghasilkan sig Wald sebesar 0,023 yang menunjukkan terdapat pengaruh jenis pekerjaan gedung dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai OR yang diperoleh adalah 22,292 yang artinya responden yang bekerja di bagian gedung meningkatkan peluang terkena dermatitis kontak iritan QR>1. Variabel yang jenis pekerjaan di laboratorium memghasilkan sig Wald sebesar 0,029 yang menunjukkan terdapat pengaruh jenis pekerjaan laboratorium dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai OR yang diperoleh adalah 36,334 yang artinya responden yang bekerja di bagian laboratorium meningkatkan peluang terkena dermatitis kontak iritan QR>1. Secara keseluruhan besarnya kontribusi variable penggunaan APD , riwayat atopi dan jenis pekerjaan dalam memprediksi kejadian dermatitis kontak iritan sebesar 64,2% sedangkan 35,8% lainnya dipengaruhi oleh variable lain di luar penelitian ini. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini didapatkan 42 responden dimana hasilnya jumlah laki-laki dan perempuan sama banyak. Menurut Aneja, perempuan lebih sering terjadi dermatitis kontak iritan dibandingkan laki-laki, hal ini dikarenakan perempuan banyak melakukan pekerjaan yang selalu berhubungan dengan produk-produk pembersih sehingga memiliki risiko besar untuk mengalami dermatitis Berdasarkan National Health Interview Survey menyatakan bahwa perempuan lebih banyak mengalami dermatitis kontak sebanyak 58% kasus dan laki-laki sebanyak 42% kasus, hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang menyatakn bahwa perempuan lebih banyak mengalami dermatitis kontak dibandingkan Untuk factor usia rata-rata pada penelitian ini sekitar 34 tahun. Pada penelitian dilaporkan bahwa 80% kasus dermatitis kontak iritan dapat menyerang pada semua Pekerja yang lebih tua berisiko untuk mengalami dermatitis kontak karena terdapat perubahan kulit karena usia dan pada perempuan yang telah mengalami monopouse berisiko yang tinggi untuk mengalami dermatitis karena penurunan hormon esterogen sedangkan pada penelitian menyatakan bahwa kasus dermatitis kontak banyak terjadi pada usia produktif dengan rentang usia 15-64 tahun karena pada usia tersebut memiliki banyak aktivitas sehingga memungkinan lebih mudah terpapar bahan Pada penelitian Pigatto menyatakan bahwa dermatitis kontak iritan pada usia anak-anak 0-5 tahun tergolong kasus yang rendah karena paparan dari bahan iritan masih terbatas tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada usia Untuk status pernikahan pada penelitian Mauro didapatkan bahwa kasus dermatitis kontak lebih banyak terjadi pada individu yang telah Hal ini dikarenakan pada individu yang telah menikah memiliki tanggung jawab pekerjaan rumah yang lebih banyak daripada individu yang belum menikah, seperti mencuci baju, piring dan mobil. Tingkat Pendidikan menurut penelitian menyatakan bahwa kejadian dermatitis kontak lebih banyak terjadi pada tingkat pendidikan SMA, karena perbedaan tingkat pengetahuan individu, berdampak pada pengetahuan cara pencegahan terjadinya Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 9 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567Xdermatitis Pada penelitian Mirabelle jenis pekerjaan pada petugas kebersihan yang membersihkan gedung banyak berkontak dengan bahan-bahan seperti sabun pembersih lantai, sedangkan yang bekerja pada taman lebih sedikit terkena dermatitis kontak karena pada petugas kebersihan taman lebih sedikit berkontak dengan bahan-bahan kimia, paling sering kontak dengan air, dimana air merupakan iritan ringan, namun apabila terpapar terlalu lama dengan frekuensi sering maka dapat menyebabkan dermatitis Sejalan dengan penelitian Behroozy dikatakan bahwa CS dapat mengalami dermatitis kontak akibat kerja karena sering terpapar oleh bahan-bahan iritan, dan penelitian di Jerman juga mengatakan bahwa 4,5%/ kasus dermatitis kontak iritan terjadi pada petugas kebersihan. Hasil penelitian bivariate menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan alat pelindung diri APD dengan terjadinya dermatitis kontak pada CS. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhan noto bahwa penggunaan APD sangat berpengaruh dalam terjadinya dermatitis kontak, pengunaan APD bertujuan untuk melindungi diri dari sumber bahaya tertentu. 18 Hal ini dikarenakan saat melakukan pekerjaannya petugas kebersihan banyak berkontak dengan bahan kimia, jika tidak menggunakan APD maka bahan-bahan kimia tersebut dapat mudah berpenetrasi ke dalam kulit dan menyebabkan iritasi pada kulit. 19 Riwayat atopi merupakan penyakit yang diturunkan melalui genetik, seperti dermatitis atopi, rhinitis alergi, dan asma. Dari hasil penelitian yang mempunyai riwayat atopi maupun tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terjadinya dermatitis kontak, hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak ada hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak, sehingga semua petugas memiliki risiko yang sama untuk mengalami dermatitis kontak. 20,21 Hasil analisis multivariate secara keseluruhan besarnya kontribusi variable penggunaan APD, riwayat atopi dan jenis pekerjaan dalam memprediksi kejadian dermatitis kontak iritan sebesar 64,2% untuk pengaruh variable lain di luar penelitian sebesar 35,8%. SIMPULAN Dermatitis kontak iritan memiliki hubungan yang signifikan dengan jenis pekerjaan, penggunaan APD dan riwayat atopi. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Malang yang sudah memfasilitasi dalam penelitain ini dan juga kepada semua pihak yang sudah berpartisipasi dalan penelitian ini. REFERENSI 1. Fauziyyah, S. W. 2020. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pegawai Laundry. Jurnal Kesehatan, 111, 71. 2. Iswara Wijaya, I., Darmada, I., & Rusyati, L. 2016. Edukasi Dan Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Iritan Kronis Di Rsup Sanglah Denpasar Bali Tahun 2014/2015. E-Jurnal Medika Udayana, 58, 2014–2017. 3. Warahmah, M. 2020. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pekerja Laundry terhadap Dermatitis Kontak Di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Health Sains, 16, 385–392. 4. Sembodo, T., Karyadini, hesti W., & Nasihah, S. D. 2021. Lama Kontak Deterjen dan Kejadian Dermatitis Kontak pada Ibu Rumah Tangga Tjatur Sembodo. Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 124, 326–328. 5. Abdullah, A. A., Irwan, I., & Prasetya, E. 2020. Analisis Karakteristik Limbah Laundry Terhadap Kejadian Dermatitis Kontak iritan Pada Pekerja Laundry X Kota Gorontalo. Jambura Journal of Health Sciences and Research, 21, 43–52. 6. Aneja, S. 2020. Irritant contact dermatitis. 7. Pacheco, K. A. 2018. Occupational dermatitis How to identify the exposures, make the diagnosis, and treat the disease. In Annals of Allergy, Asthma and Immunology Vol. 120, Issue 6. 8. Jimah, C. T., Toruan, V. M. L., & Nugroho, H. 2020. KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK DI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER SAMARINDA. Jurnal Kedokteran Mulawarman, 72. 9. Zander, N., Sommer, R., Schäfer, I., Reinert, R., Kirsten, N., Zyriax, B. C., Maul, J. T., & Augustin, M. 2019. Epidemiology and dermatological comorbidity of seborrhoeic dermatitis population-based study in 161 269 employees. British Journal of Dermatology, 1814. Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 10Herb-Medicine JournalISSN 2620-567X10. Lurati, A. R. 2015. Occupational risk assessment and irritant contact dermatitis. Workplace Health and Safety, 632. 11. Pigatto, P., Martelli, A., Marsili, C., & Fiocchi, A. 2010. Contact dermatitis in children. In Italian Journal of Pediatrics Vol. 36, Issue 2. 12. Mauro, M., Bovenzi, M., & Filon, F. L. 2021. Occupational contact dermatitis in a gender perspective North east italian data 1996-2016. Medicina Del Lavoro, 1121. 13. Hutagalung, A. L., & Hazlianda, C. P. 2019. TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA BINATU TERHADAP DERMATITIS KONTAK DI KELURAHAN PADANG BULAN TAHUN 2017. Media Dermato Venereologica Indonesiana, 463. 14. Mirabelli, M. C., Vizcaya, D., Margarit, A. M., Antó, J. M., Arjona, L., Barreiro, E., Orriols, R., Gimenez-Arnau, A., & Zock, J. P. 2012. Occupational risk factors for hand dermatitis among professional cleaners in Spain. Contact Dermatitis, 664. 15. Djuanda, A., Hamzah, M., & Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Universitas Indonesia. 16. Behroozy, A., & Keegel, T. G. 2014. Wet-work exposure A main risk factor for occupational hand dermatitis. In Safety and Health at Work Vol. 5, Issue 4. 17. Callahan, A., Baron, E., Fekedulegn, D., Kashon, M., Yucesoy, B., Johnson, V. J., Domingo, D. S., Kirkland, B., Luster, M. I., & Nedorost, S. 2013. Winter season, frequent hand washing, and irritant patch test reactions to detergents are associated with hand dermatitis in health care workers. Dermatitis, 244. 18. Suhan Nanto, S. 2015. Singgih Suhan Nanto Kejadian Timbulnya Dermatitis Kontak Pada Petugas Kebersihan Majority Vol. 4. 19. Bauer, A. 2013. Contact dermatitis in the cleaning industry. In Current Opinion in Allergy and Clinical Immunology Vol. 13, Issue 5. 20. Rahmatika, A., Saftarina, F., Anggraini, D., I., dan Mayasari, D. 2020. Hubungan Faktor Risiko Dermatitis Kontak pada Petani. Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 1 21. S. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Cleaning Service. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ... Penyakit kulit merupakan penyakit yang umum terjadi pada semua anggota masyarakat. Jenis penyakit kulit seperti kusta, dermatitis, kudis, dan panu [2]. Penyakit kulit adalah penyakit bagian luar tubuh dengan gejala berupa gatal, nyeri, mati rasa dan kemerahan yang disebabkan oleh bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, mikroba, jamur, dan faktor personal hygiene [3]. ...Apriyana IrjayantiAnton WambrauwIda WahyuniAyu Anisa MarandenSkin disease is a disease that attacks the surface of the body and is caused by various diseases. Skin diseases can also be caused by fungi, germs, viruses and parasites. The purpose of this study was to determine the relationship between personal hygiene and the incidence of skin diseases. This type of research uses an analytic observational method with a cross sectional research design. The population in this study were 149 residents, samples taken from the entire population were 149 respondents. The sampling technique uses total sampling. Collecting data using questionnaires and observation. The data analysis used was univariate analysis and bivariate analysis, using the chi-square test α α = pada variabel Pengetahuan dan Perilaku, yaitu > dan > sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara Dermatitis Kontak dengan Pengetahuan dan Perilaku pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan pada variabel Sikap diperoleh nilai asymp. sig. 40 years age. Prevalence of occupational contact dermatitis is still high in cleaning. Irritant contact dermatitis is prevailing, but allergic contact dermatitis is quite frequent, too. Up to now, prevention strategies in cleaning seem to be insufficient.
CIPUTAT Para petugas kebersihan baik tukang sapu jalanan, pembersih taman, petugas Cipeucang Kota Tangsel dilengkapi Alat Pelindung Diri (APD) saar menjalankan tugasnya ditengah wabah Covid-19. Penyerahan APD atau alat perlengkapan kerja diberikan langsung oleh Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany kepada pesapon yang
Abstrak Alat pelindung diri APD adalah alat yang mempunay kemampuan kemampuan untuk melindungi sesorang dan berfungsi untuk mengisolasitubuh dari potensi yang berbahaya. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian mennjukan bahwa hasili uji chi-square yang dilakukan menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penguaan alat pelindung diri APD terhadap sikap p=0,28, ketersediaan sarana p=0,28, pelatihan p=0,21, pengawasan p=0,24, dan motivasi p=0,000, serta tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p=616, dan managemen p=0,836. Hasil penelitian multivariat bahwa variaebel ketersediaan saraana merupakan factor yang mempunay pengaruh paling kuat dengan nilai p=0,16 dan OR sebesar 2. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 DETERMINAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETUGAS KEBERSIHAN Dede Marisa Bureni Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Klabat Airmadidi-Minhasa Utara 95371, Indonesia Email S220133081 Abstrak Alat pelindung diri APD adalah alat yang mempunay kemampuan kemampuan untuk melindungi sesorang dan berfungsi untuk mengisolasitubuh dari potensi yang berbahaya. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian mennjukan bahwa hasili uji chi-square yang dilakukan menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penguaan alat pelindung diri APD terhadap sikap p=0,28, ketersediaan sarana p=0,28, pelatihan p=0,21, pengawasan p=0,24, dan motivasi p=0,000, serta tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p=616, dan managemen p=0,836. Hasil penelitian multivariat bahwa variaebel ketersediaan saraana merupakan factor yang mempunay pengaruh paling kuat dengan nilai p=0,16 dan OR sebesar 2. Kata Kunci Determinan, Alat Pelindung Diri 2 PENDAHULUAN Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya yang dapat melindungi tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Perkembangan industry di Indonesia semakin hari semakin maju namun perkembangan ini belum diimbangai dengan kesadaran oleh para pekerja untuk memahami dan melaksanakan keselamatan secara baik agar dapat mencegah kecelakaan yang terjadi ditempat kerja Henri, 2017. Bekerja adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mrningkatkan derajat kehidupan individu, saat bekerja diharapkan agar dapat menciptakan lingkungan yang aman, sehat, Makmur apa yang dikerjakan dapat diselesaiakan dengan baik Jacob, 2020 Alat pelindung diri atau APD adalah suatu alat yang mempuyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya sebagai alat pelindung seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja. APD apa bila digunakan dengan benar dan tepat dapat memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan berbagai dampak kecelakaan akibat kerja, dan juga dapat mendukung kinerja karyawan maupun perusahaan. Riza Agustina, 2019 Menurut udang-undang No. 1. 1970 tentang keselamtan kerja dimana setiap pekerja harus menjaga kesehatan dengan memakai alat-alat pelindung diri. Penggunaan APD merupakan tahap terakhir dari hirarki pengendalian bahaya. APD merupakan alat kelengkpan yang wajib digunkan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja agar dapat menjaga keselamatan pekerja. Peraturan APD dibuat oleh pemerintah sebagai ketentuan perundang-undang tentang keselamatan kerja. Fernanda, 2017 Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan sikap yang menghasilkan suatu lingkungan kerja menjadi bagian yang sangat terpadu pada setiap prosedur kerja yang dijlankan setiap 3 peruahaan atau instansi. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat meningkatkan efektifitas perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja yang terencana, tersrtukrur, dan terintegrasi agar dapat mencegah, mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit yang menciptakan tempat kerja aman dan nyaman untuk mendorong produktifitas. Jayanti, 2019 Berdasarkan data penelitian jurnal kesehatan global 2019 menunjukan bahwa hasil uji chi-square yang di lakukan menunjukan bahwa ada hubungan yang siknifikan antara alat pelindung diri atau APD terhadap sikap p=0,028, ketersediaan sarana p=0,28, pelatihan p=0,21, pengawasan 0,024, dan motifasi p=0,000, serta tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p=0,16, manajemen p=0,836. Hatta, 2019 METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik yang bersifat kuantitatif dengan desai kroseksional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pekerja pengangkut sampah sebagai variable independen dan penggunaan APD pada pekerja menggunakan variable dependen. HASIL Analisis Universal Berdasarkan Tabel 1 presentase karakteristik responden leih banyak didominasi responden dengan pengetahuan baik sebanyak 103 responden 78,6%. Presentase karakteristik responden lebih banyak didominasi responden dengan sikap baik sebanyak 73 respnden 55,7%. Presentase karakteristik responden lebih banyak didominasi responden dengan ketersediaan sarana baik sebanyak 91 responden 69,5%. Presentase karakteristik responden lebih banyak didominasi responden dengan manajemen baik sebanyak 62 responden 47,3%. Presentase karakteristik 4 responden lebih banyak didominasi responden dengan pelatihan baik sebanyak 43 responden 32,8%. Presentase karakteristik responden lebih banyak didominasi responden dengan pegawai baik sebnayak 59 responden 45,0%. Presentase karakteristik responden lebih banyak didominasi responden dengan motivasi baik sebanyak 88 responden 62,2%. Presentase karakteristik responden lebih banyak didominasi responden dengan pakai APD sebanyak 30 responden 22,9%. 5 Tabel 1. Analisa Univariat Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pengetahuan Baik 103 78,6 Kurang Baik 27 20,6 Sikap Baik 73 55,7 Kurang baik 57 43,5 Ketersediaan Sarana Baik 91 69,5 Kurang baik 39 29,8 Manajemen Baik 62 47,3 Kurang baik 68 51,9 Pelatihan Baik 43 32,8 Kurang baik 87 66,4 Pengawasan Baik 59 45,0 Kurang baik 71 54,2 Motivasi Baik 88 67,2 Kurang baik 42 32,1 APD Baik 30 22,9 Kurang baik 100 76,3 6 Analisis Bivariat Berdasarkan Tabel 2 pengetahuan pekerja pengangkut sam[ah dengan penguna APD hasil statistic menunjukan angka pada p-value sebesar 0,708 yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan penggunaan APD. Sikap pekerja pengangkut sampah dengan penggunaan APD hasil sistematik menunjukan angka pada p- value sebesar 0,014 yaitu ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan penggunaan APD. Ketersediaan sasaran pekerja pengangkut sampah dengan penggunaan APD hasis sistimatik menunjukan angka pada p- value sebesar 0,025 yaitu ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan sarana dengan penggunan APD. Manajemen pekerja pengangkut sampah dengan penggunaan APD hasil sistimatik menunjukan angka pada p- value sebesar 0,823 yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen dengan pengguna APD. 7 Tabel 2. Analisa Univariat Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Pengguna APD Variabel Pakai Tidak Pakai Jumlah p-Value n Presentase n Presentase Pengetahuan Baik 25 24,3 78 103 0,708 Kurang Baik 5 18,5 22 81,5 27 Sikap Baik 12 16,4 61 83,6 73 Kurang Baik 18 31,6 39 68,4 57 Ketersediaan Sarana Baik 19 20,9 72 91 0,025 Kurang Baik 11 28,2 28 71,8 39 Manajemen Baik 15 24,3 41 75,8 62 0,823 Kurang Baik 15 22,1 53 77,9 68 Pelatihan Baik 6 14,0 37 86,0 43 0,018 Kurang Baik 24 27,6 63 72,4 87 Pengawasan Baik 18 30,5 41 69,5 59 0,021 Kurang Baik 12 16,9 59 83,1 71 Motivasi Baik 29 33,0 59 67,0 88 0,000 Kurang Baik 1 2,4 41 97,6 42 8 Tabel 3. Model Akhir Analisis Multivariat Variabel p value OR Exp B Sikap 0,036 0,336 Manajemen 0,110 0,668 Pelatihan 0,038 0,902 Pengawasan 0,015 1,497 Motifasi 0,023 1,303 Ketersediaan Sarana APD 0,0372 2,381 PEMBAHASAN Pengetahuan Pekerja dengan Pengunaan APD Selaras dengan penelitian Wijayanti didapatkan dari uji statistic nilai p=1,000 sehingga di simpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistic antara pengetahuan pengunaan APD dengan keluhan ganguan kulit pada petugas sampah 6. Menurut penelitian purba diperoleh bahwa dari 25 pengrajin terdapat yang pengunaan APD sebanyak 8 pengrajin 32% dan yang tidak mengunakan APD sebanyak 17 perajin 64%. Dari hasil uji chi square menunjukan bahwa factor pengetahuan tidak ada hubungan dengan pengunaan APD p=1,000 > 0,05. Menurut gren dalam peningakatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun hubungan positif antara kedua variable ini telah di prrhatikan dalam ejumlah penelitian yang dilakukan. Menurut penelitian yang di lakukan Winandar 9 dari dari 25 responden dengan pengetahuan tinggi sebanyak 10 orang 40% yang lengkap mengunakan APD, dan dari 32 responden dengan pengetahuan rendah sebanyak 10 orang 31,3% yang lengkap mengunakan APD . Berdasakan uji statistic diketahui p value < = , 05. KESIMPULAN Alat pengunaan diri APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh bagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/ kecelakan kerja . Manfaat dari pengunaan alat pelindung diri APD yaitu untuk melindungi tubuh terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja, dan mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan. SARAN Direkomendasikan agar ada penyuluhan tentang APD kepada masyarakat agar dapat mengurangi kecelakan. Untuk setiap pekerja sebaiknya mengunakan APD, penguanaan APD sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dan dengan pemantauan terhadap pengunaan APD harus rutin dilakukan, agar dalam pengunaan yang optimal 10 DAFTAR PUSTAKA Fernanda, S. I. 2017. Hubungan Faktor determinan penggunanan alat pelindung diri pada pekerja pemborong. Jurnal Kesehatan. Hatta, R. A. 2019. Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengangkut Sampah Didinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang. Jurnal Kesehatan Global. Henri, F. S. 2017. Hubungan Faktor Determinan Perilaku dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pemborong. Jacob, I. G. 2020. Determinan Perilaku Pengunaan Alat Pelindung Diri Pada Petugas Kebersihan. Nutrix Jurnal. Jayanti, I. I. 2019. Faktor yang brhubungan dengan disiplin penggunaan alat pelindung diri pada penyapu jalan di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Riza Agustina, K. D. 2019. Determinan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja pengangkut sampah didinas lingkungan hidup dan kebersihan kota palembang. Jurnal kesehatan global. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. I Gede PurnawinadiNadine Meflin JacobABSTRAK Upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan. Salah satu jenis pekerjaan yang berisiko terjadinya kecelakaan dan masalah kesehatan kerja adalah petugas kebersihan. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD pada petugas kebersihan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei analitik melalui pendekatan cross sectional dan uji statistik Spearman Rank. Sampel diambil sebagai representatif dari populasi sebanyak 108 petugas kebersihan menggunakan rumus slovin yang dipilih sesuai dengan metode accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD dimana p value 0,042 dan ketersediaan APD responden p value = 0,00, sedangkan pengetahuan p value = 0,909 usia p value = 0,108, masa kerja p value = 0,672, dan ketersediaan APD departemen p value = 0,784 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan. Direkomendasikan untuk institusi terkait lebih memperhatikan ketersediaan APD yang dapat digunakan oleh petugas kebersihan sesuai dengan departemen kerja. Kata Kunci alat pelindung diri , determinan, perilaku penggunaan. ABSTRACT Occupational health efforts are very important to protect workers so that they live healthy and free from health problems. One type of work that is at risk of accidents and occupational health problems is cleaning workers. The purpose of this study in general is to determine the factors related to the behavior of using personal protective equipment PPE on cleaners. The type of research used in this research is quantitative with analytic survey design through a cross sectional approach and the Spearman Rank statistical test. Samples were taken as a representative of the population of 108 cleaning workers using the Slovin formula which was selected according to the accidental sampling method. The results showed that the education variable had a significant relationship with the behavior of using PPE where p value was and the availability of PPE respondents p value = while knowledge p value = age p value = years of service p value = and the availability of departmental PPE p value = did not have a significant relationship with the behavior of using PPE among cleaning workers. It is recommended that related institutions pay more attention to the availability of PPE that can be used by cleaners in accordance with the work IndragiriHendri FirnandaMenurut PT Jamsostek Persero yang saat ini telah berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan, sepanjang tahun 2014 jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak orang. Kurangnya kesadaran para pekerja untuk senantiasa menggunakan APD dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tindakan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor determinan perilaku dengan penggunaan Alat Pelindung Diri APD pada pekerja pemboran PT. PDSI RIG di Desa Kaplongan Lor Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di PT. PDSI RIG di Desa Kaplongan Lor Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2017 dengan jumlah 50 responden. Jumlah sampel sebanyak 34 sampel responden yang diambil menggunakan proportional random sampling. Instrument menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan 5% 0,05. Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, ketersediaan APD, kenyamanan APD, peraturan dan pengawasan, serta tidak ada hubungan antara sikap dan pelatihan dengan penggunaan APD pada pemboran PT. PDSI RIG di Desa Kaplongan Lor Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu Tahun Kunci Pengetahuan, Sikap, Ketersediaan APD, Perilaku Penggunaan APD ABSTRACTAccording to PT Jamsostek Persero, which has been transformed into Social Security Agency BPJS Employment, throughout 2014 the number of participants injured at work as much as 129 911 people. Lack of awareness of the workers to always use PPE is influenced by several factors that have a considerable influence on the action the use of personal protective equipment to workers. The purpose of this study was to determine Relation Determinant factor with the Behaviour of the use of Personal Protective Equipment PPE on Drilling PT. PDSI RIG / D1000-E in the village of Kaplongan Lor, Karangampel District of Indramayu Regency in 2017. This study uses a quantitative approach to the cross-sectional design. The population in this study were all employees at PT. PDSI RIG / D1000-E in the village of Kaplongan Lor Karangampel District of Indramayu regency in 2017 with a total of 50 respondents. The total sample of 34 respondents in a sample taken using proportional random sampling. Instrument using a questionnaire. Data were statistically analyzed using Chi Square test at the 5% significance level Results of statistical test showed that there is a relationship between knowledge, availability of APD, APD comfort, regulation and supervision, and there is no relationship between attitude and training with the use of PPE in the Drilling PT. PDSI RIG / D1000-E in the village of Kaplongan Lor Karangampel District of Indramayu Regency in Knowledge, Attitude, availability of APD, Behavior use of PPERiza Agustina Untari Muhammad Totong KamaluddinHM. Hatta DahlanAlat Pelindung Diri APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan 10 orang pekerja pengangkut sampah, ditemukan 70% pekerja pengangkut sampah tidak menggunakan APD dan tidak merawat APD dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat kuantitatif dengan desain Cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji chi-square yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan alat pelindung diri APD terhadap sikap p = 0,028, ketersediaan sarana p = 0,028, pelatihan p = 0,021, pengawasan p = 0,024, dan motivasi p = 0,000, serta tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p = 0,616, dan manajemen p = 0,836. Hasil penelitian multivariat bahwa variabel ketersediaan sarana merupakan faktor yang mempunyai pengaruh paling kuat dengan nilai p = 0,016 dan OR sebesar 2. Disarankan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang sebaiknya dapat lebih tegas dalam menerapkan regulasi pada pekerja pengangkut sampah, mengenai penggunaan APD dalam Faktor Determinan Perilaku dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja PemborongF S HenriHenri, F. S. 2017. Hubungan Faktor Determinan Perilaku dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja yang brhubungan dengan disiplin penggunaan alat pelindung diri pada penyapu jalan di Kota SemarangI I JayantiJayanti, I. I. 2019. Faktor yang brhubungan dengan disiplin penggunaan alat pelindung diri pada penyapu jalan di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.Namun langkah ini tidak semua bisa dilakukan masyarakat Indonesia. Sebagian dari mereka tetap harus bekerja di lapangan seperti petugas kesehatan di Kota Bandung. Di tengah wabah virus corona, PD Kebersihan Bandung telah memberikan antisipasi diri dengan penambahan alat pelindung diri seperti masker dan vitamin. Hal tersebut disampaikan oleh Pjs.
Virus Corona penyebab COVID-19 sangat mudah menular. Oleh karena itu, penggunaan alat pelindung diri APD sangat disarankan untuk membantu mengendalikan dan mencegah infeksi virus Corona. APD penting digunakan oleh orang yang sering bertemu pasien COVID-19, seperti tenaga medis. Alat pelindung diri APD adalah seperangkat perlengkapan yang berfungsi untuk melindungi penggunanya dari bahaya atau gangguan kesehatan tertentu, misalnya infeksi bakteri atau virus corona penyebab COVID-19. Bila digunakan dengan benar dan sesuai standar, APD mampu menghalangi masuknya virus atau bakteri ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, mata, atau kulit. Kriteria dalam Memilih APD Pemilihan APD untuk mencegah infeksi virus Corona tidak bisa dilakukan sembarangan. APD yang ideal untuk mencegah dan melindungi tubuh dari paparan virus Corona harus memiliki kriteria tertentu, di antaranya Mampu melindungi tubuh dari percikan dahak yang mengandung virus Corona Tidak mudah rusak Ringan dan tidak membatasi gerak atau menimbulkan rasa tidak nyaman Mudah dibersihkan Jenis-Jenis APD Berikut ini adalah beberapa jenis APD yang umumnya digunakan para tenaga medis dalam menangani kasus probable, kasus suspek, maupun kasus konfirmasi yang artinya seseorang telah dinyatakan postif COVID-19 1. Masker Jenis masker yang umum digunakan oleh tenaga medis sebagai APD dalam penanganan pasien COVID-19 adalah masker N95. Masker ini terbuat dari bahan polypropylene yang mampu menyaring hampir 95% partikel berukuran kecil dan dapat menutup hidung dan mulut dengan rapat. Sementara itu, masyarakat yang bukan tenaga medis disarankan untuk menggunakan masker bedah yang terdiri dari 3 lapisan dan sudah sesuai standar untuk mengurangi risiko terjadinya penularan COVID-19. 2. Pelindung mata Pelindung mata terbuat dari bahan plastik dan berfungsi untuk mencegah masuknya virus ke dalam tubuh melalui mata. Alat pelindung ini harus pas menutupi area mata, serta tidak mudah berkabut atau mengganggu penglihatan. 3. Pelindung wajah Sama halnya dengan pelindung mata, pelindung wajah juga terbuat dari bahan plastik transparan. Jenis APD ini dapat menutupi seluruh area wajah, mulai dari dahi hingga dagu. Bersama masker dan pelindung mata, pelindung wajah mampu melindungi area wajah dari percikan air liur atau dahak saat pasien COVID-19 batuk atau bersin. 4. Gaun medis Gaun medis digunakan untuk melindungi lengan dan area tubuh tenaga medis. Berdasarkan penggunaannya, terdapat dua jenis gaun medis, yaitu gaun sekali pakai dan gaun yang bisa dipakai ulang. Gaun sekali pakai terbuat dari bahan serat sintetis, seperti polypropylene, poliester, dan polyethylene yang dikombinasikan dengan plastik. Sementara itu, gaun yang bisa dipakai ulang terbuat dari bahan katun atau poliester, ataupun kombinasi keduanya. Gaun ini bisa dipakai ulang setelah dibersihkan hingga sebanyak 75 kali, selama gaun tidak robek atau rusak. Gaun medis juga perlu dilengkapi dengan celemek atau apron untuk melapisi bagian luar gaun. Apron tersebut umumnya terbuat dari plastik yang tahan terhadap disinfektan. 5. Sarung tangan medis Sarung tangan medis digunakan untuk melindungi tangan para petugas medis dari cairan tubuh pasien selama merawat pasien COVID-19. Sarung tangan ini idealnya tidak mudah sobek, aman digunakan, dan ukurannya pas di tangan. Sarung tangan yang sesuai standar penanganan COVID-19 harus terbuat bahan lateks atau karet, polyvynil chloride PVC, nitrile, dan polyurethane. 6. Penutup kepala Penutup kepala berfungsi untuk melindungi kepala dan rambut para petugas medis dari percikan air liur atau dahak pasien selama mereka merawat atau memeriksa pasien. Penutup kepala harus terbuat dari bahan yang dapat menahan cairan, tidak mudah robek, dan ukurannya pas di kepala. Jenis APD ini umumnya bersifat sekali pakai. 7. Pelindung sepatu Pelindung sepatu digunakan untuk melindungi bagian kaki petugas medis dari paparan cairan tubuh pasien COVID-19. Pelindung sepatu umumnya terbuat dari kain atau bahan spun bond yang tahan air dan harus menutupi seluruh bagian sepatu. Bagaimana Prosedur Penanganan APD Bekas Pakai? Setelah selesai digunakan, APD harus dimasukkan ke dalam kantong plastik khusus dan dikemas secara terpisah. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan APD bekas pakai Tidak meletakkan APD bekas pakai secara sembarangan, baik di lantai atau permukaan benda lain, seperti meja, kursi, atau loker Tidak membongkar kembali APD bekas pakai yang telah dikemas dalam plastik khusus Tidak mengisi kantong plastik khusus APD bekas pakai terlalu penuh Langsung membersihkan diri setelah menggunakan APD Tak hanya untuk tenaga medis, APD juga perlu digunakan oleh petugas kebersihan yang membersihkan ruang perawatan dan ruang isolasi pasien COVID-19 di rumah sakit. Sementara itu, untuk masyarakat biasa, APD yang perlu digunakan hanyalah masker. Namun, masyarakat bisa menggunakan masker dan sarung tangan bila sedang merawat atau ingin membersihkan rumah saat ada anggota keluarga yang sedang terinfeksi virus Corona. Selain mengenakan masker, untuk melindungi diri dari COVID-19, Anda juga perlu menerapkan physical distancing, mencuci tangan secara rutin, serta menjaga daya tahan tubuh tetap kuat. Bila Anda memiliki pertanyaan seputar COVID-19, baik gejala maupun langkah pencegahan, jangan ragu untuk chat dokter langsung di aplikasi ALODOKTER. Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi ini.
Adanbsp;hubungan kuat antara sikap dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petugas kebersihan dengan nilai nilai p value 0,000 < 0,05. Ada hubungan sedang antara ketersediaan sarana dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petugas kebersihan dengannilai p value 0,032 < 0,0.Tidakpenting karena tanpa alat pelindung diri petugas masih dapat melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut b. Penting,karena merupakan aturan yang wajib di taati oleh tenaga pelindung, lakukan kebersihan tangan. 25. Alat pelindung diri yang paling terakhir dilepas adalah? a. Masker b. Kacamata pelindung dan perisai wajah c. Pakaian Katakunci: alat pelindung diri, protokol kesehatan, COVID-19 ABSTRACT Health behavior change is a learning process from, by, and to help oneself from a health problem where the nonmedis seperti petugas kebersihan, petugas front office, dan seluruh petugas yang berkerja di rumah sakit. Terdapat 647 kematian petugas pelayananHubunganFaktor Pengetahuan, Pelatihan Dan Ketersediaan Fasilitas Alat Pelindung Diri Dengan Kepatuhan Perawat83 Dalam Penerapan Kewaspadaan Universal Di Rumah Sakit Bhayangkara Bandar Lampung Tahun 2014 Jurnal Kesehatan Holistik Volome 8, Nomor 2, April 2014 Di Amerika Serikat, lebih dari 8 juta petugasMemakaialat pelindung diri ( APD ) adalah hak mutlak dari seorang pekerja yang harus di peroleh dari perusahaan dan juga merupakan kewajiban yang mutlak yang harus di lakukan oleh pekerja pada saat melakukan pekerjaan agar terhindar dari kecelakaan kerja yang fatal. Peralatan safety adalah alat pelindung diri paling mendasar yang harus di
.